10 Tanda Jatuh Cinta yang Terbukti Ilmiah (1)

10 Tanda Jatuh Cinta yang Terbukti Ilmiah (1)

Firdaus Anwar - detikHealth
Senin, 23 Jan 2017 14:10 WIB
10 Tanda Jatuh Cinta yang Terbukti Ilmiah (1)
Foto: ilustrasi/thinkstock
Jakarta - Apa sih tanda-tanda jatuh cinta? Apakah bila sering memikirkan si dia atau sering berimajinasi menghabiskan waktu bersama di masa depan? Untuk mereka yang baru pertama kali merasakannya jatuh cinta bisa jadi hal yang membingungkan.

Tapi menurut para peneliti ada ciri-ciri tertentu dari fenomena jatuh cinta yang sudah terbukti secara ilmiah. Antropolog Helen Fisher dari Rutgers University mengatakan dalam studinya bahwa jatuh cinta membawa beberapa dampak ke otak yang berbeda dari nafsu atau pada fase hubungan komitmen jangka panjang.

Dikutip dari berbagai sumber setidaknya berikut 10 tanda ciri khas jatuh cinta:

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baca juga: Dampak Patah Hati ke Tubuh, dari Makin Langsing Hingga Picu Kematian

1. Orang ini spesial

Foto: Thinkstock
Ketika seseorang jatuh cinta, Fisher mengatakan ia akan merasa bahwa lawannya adalah orang yang spesial. Ditambah lagi perhatian selalu tertuju pada sang pujaan hati dan perasaan tersebut tidak bisa muncul atau tidak sama seperti pada orang lain.

Hal ini dikatakan oleh Fisher karena ada peningkatan kadar hormon dopamin pada otak. Pelepasan dopamin dapat membuat seseorang merasa senang, nyaman, serta meningkatkan fokus atensi.

2. Dia sempurna

Foto: Thinkstock
Orang yang sedang jatuh cinta akan lebih fokus melihat kualitas positif dan mengabaikan kualitas negatif dari pujaan hatinya. Selain itu ia juga akan detail memperhatikan hal-hal yang mungkin sepele namun berkaitan dengan sang pujaan.

Fisher mengatakan sekali lagi hal ini karena ada peningkatan hormon dopamin. Ditambah juga ada pelapasan hormon norepinefrin yang diasosiasikan dengan peningkatan memori otak.

3. Mood swing

Foto: thinkstock
Jatuh cinta dapat mendorong pada situasi emosi dan psikologis yang tidak stabil. Seseorang dapat merasa senang, cemas, euforia, hilangnya nafsu makan, dan juga panik.

Ketidakstabilan emosi ini digambarkan oleh peneliti serupa seperti perilaku seorang pecandu narkoba. Terbukti dari hasil pemindaian yang melihat bahwa ketika seseorang ditunjukkan foto sang pujaan hati ada aktivitas pada otaknya yang menyala seperti pada otak pecandu.

4. Semakin tertarik usai konflik

Foto: thinkstock
Ketika muncul sebuah konflik dalam hubungan sosial dengan pujaan hati, seseorang yang berhasil menyelesaikan konflik tersebut dapat merasa lebih tertarik padanya. Menurut Fisher efek ini muncul kemungkinan karena ada keterlambatan dalam pelepasan hormon dopamin.

Saat sedang konflik hormon dopamin yang biasanya meningkat ketika berinteraksi dengan pujaan hati menjadi tertahan. Namun begitu konflik selesai bagian otak yang memproduksi dopamin menjadi lebih produktif.

5. Terobsesi

Foto: thinkstock
Menurut Fisher orang yang jatuh cinta rata-rata menghabiskan lebih dari 85 persen waktunya memikirkan 'objek' cintanya. Hal ini bisa disebut sebagai perilaku obsesif dan kemungkinan muncul akibat penurunan tingkat hormon serotonin pusat di otak.
Halaman 2 dari 6
Ketika seseorang jatuh cinta, Fisher mengatakan ia akan merasa bahwa lawannya adalah orang yang spesial. Ditambah lagi perhatian selalu tertuju pada sang pujaan hati dan perasaan tersebut tidak bisa muncul atau tidak sama seperti pada orang lain.

Hal ini dikatakan oleh Fisher karena ada peningkatan kadar hormon dopamin pada otak. Pelepasan dopamin dapat membuat seseorang merasa senang, nyaman, serta meningkatkan fokus atensi.

Orang yang sedang jatuh cinta akan lebih fokus melihat kualitas positif dan mengabaikan kualitas negatif dari pujaan hatinya. Selain itu ia juga akan detail memperhatikan hal-hal yang mungkin sepele namun berkaitan dengan sang pujaan.

Fisher mengatakan sekali lagi hal ini karena ada peningkatan hormon dopamin. Ditambah juga ada pelapasan hormon norepinefrin yang diasosiasikan dengan peningkatan memori otak.

Jatuh cinta dapat mendorong pada situasi emosi dan psikologis yang tidak stabil. Seseorang dapat merasa senang, cemas, euforia, hilangnya nafsu makan, dan juga panik.

Ketidakstabilan emosi ini digambarkan oleh peneliti serupa seperti perilaku seorang pecandu narkoba. Terbukti dari hasil pemindaian yang melihat bahwa ketika seseorang ditunjukkan foto sang pujaan hati ada aktivitas pada otaknya yang menyala seperti pada otak pecandu.

Ketika muncul sebuah konflik dalam hubungan sosial dengan pujaan hati, seseorang yang berhasil menyelesaikan konflik tersebut dapat merasa lebih tertarik padanya. Menurut Fisher efek ini muncul kemungkinan karena ada keterlambatan dalam pelepasan hormon dopamin.

Saat sedang konflik hormon dopamin yang biasanya meningkat ketika berinteraksi dengan pujaan hati menjadi tertahan. Namun begitu konflik selesai bagian otak yang memproduksi dopamin menjadi lebih produktif.

Menurut Fisher orang yang jatuh cinta rata-rata menghabiskan lebih dari 85 persen waktunya memikirkan 'objek' cintanya. Hal ini bisa disebut sebagai perilaku obsesif dan kemungkinan muncul akibat penurunan tingkat hormon serotonin pusat di otak.

(fds/vit)

Berita Terkait