"Saya dibilang sinetron banget, kebanyakan nonton sinetron, lebai. Tapi gimana ya. Orang-orang mungkin melihat saya aneh, tapi ternyata apa yang saya alami ini karena saya memiliki bipolar tipe 2," tutur Alin kepada detikHealth baru-baru ini.
Seingat Alin, sejak SMP dirinya kerap insomnia. Di kepalanya berputar-putar aneka hal yang membuatnya terus-menerus berpikir hingga tidak bisa tidur. Namun karena aturan di keluarganya yang tidak mengizinkan anak-anak tidur larut, dia pun hanya bisa 'bersembunyi' di kamarnya. Apalagi orang-orang sering kali merasa apa yang Alin pikirkan adalah hal-hal yang tidak masuk akal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kata Alin, dirinya menjadi lebih gampang depresi saat hujan. "Kalau lagi drop, hujan itu bisa bikin saya merasa perih, tersayat. Kalau lagi depresi juga saya jadi males mandi, males ngapa-ngapain," sambungnya.
Naik turunnya perubahan hati yang ekstrem itu memang cukup mengganggu kehidupan Alin, khususnya kehidupan rumah tangganya. Apalagi beberapa kali saat depresi Alin pernah kabur dari rumah tengah malam dan menangis berjam-jam di pinggir jalan. Saat itu tidak ada rasa takut akan apapun.
Baca juga: Ini Alasannya Orang dengan Gangguan Bipolar Perlu Diberi Penanganan
"Saya juga kalau ngamuk seperti orang kesetanan, suka mecahin barang-barang. Tidak bisa menanggapi sesuatu dengan logika yang baik," lanjut Alin.
Di suatu ketika, saat mood-nya meningkat, Alin sangat gemar berbelanja. Uang bisa dengan mudah dihabiskannya, bahkan dirinya sampai berutang. Namun dia tidak bisa menyebut penggunaan uangnya untuk apa saja.
Setelah melihat tayangan di televisi tentang gangguan bipolar, Alin pun berusaha mencari tahu lebih banyak lagi. Dari berbagai gejalanya, dia merasa ada banyak gejala yang meyakinkan bahwa dirinya mengalami gangguan bipolar.
"2015 akhir saya ke psikiater, ternyata benar saya memiliki gangguan bipolar. Sekarang saya menggunakan BPJS untuk berobat. Kalau untuk antrean sudah nggak ada antrean, tapi kendalanya di obat. Apotek rumah sakit tidak bisa mengeluarkan dua jenis obat langsung, harus satu-satu. Ini bikin mondar-mandiri," tutur Alin.
Setelah mengonsumsi obat dari psikiater, tindakan impulsif yang dilakukan Alin sudah sangat jauh berkurang. "Dulu saya sering bertindak dulu baru mikir. Setelah berobat, saya lebih cenderung berpikir dulu baru bertindak," tambahnya.
Baca juga: Bagaimana Rasanya Hidup dengan 9 Kepribadian? (vit/up)











































