Hal ini pada dasarnya merupakan perilaku yang dilakukan untuk meningkatkan status sosial dan agar mendapat pengakuan status sosial lebih tinggi dari status yang sebenarnya.
Menurut psikolog lulusan Universitas Indonesia, Ratih Zulhaqqi, M.Psi. hal semacam ini adalah suatu tuntutan kehidupan sosial yang menjadi tren saat ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Ketika Mudik Jadi Ajang Pamer Para Social Climber, Ini Kata Psikolog
Ketika melihat unggahan foto seperti itu, ada beberapa orang yang merasa terinspirasi, namun ada pula yang tidak suka karena mengetahui bahwa itu adalah perilaku social climber.
Ratih menyarankan untuk tidak perlu mempermasalahkan hal tersebut. "Sebenarnya kalau posting di medsos it's not our responsibility. Biarin saja," anjurannya.
"Kalau enggak suka ya enggak usah di-like atau dilihat, tidak perlu juga men-judge," imbuh Ratih.
Ini karena, lanjut Ratih, para social climber umumnya membutuhkan perhatian, akibat sebagian jiwanya kosong dan butuh 'pemenuhan'. Akan tetapi salah satu cara pemenuhannya adalah dengan mencari perhatian dalam bentuk memamerkan barang-barang mahal.
"Biasanya kalau teman dekat aku tegur langsung, tapi kalau yang dipamerin barang-barangnya ya enggak usah dipusingin," pungkasnya.
Baca juga: Kata Psikolog Ketika Anak Pamer Baju Lebaran ke Teman-temannya
(wdw/up)











































