Saat Pasien Kanker Pakai Wig dan Dinyinyiri 'Awas Rambutnya Jatuh'

Saat Pasien Kanker Pakai Wig dan Dinyinyiri 'Awas Rambutnya Jatuh'

Ajeng Anastasia Kinanti - detikHealth
Rabu, 05 Jul 2017 10:27 WIB
Saat Pasien Kanker Pakai Wig dan Dinyinyiri Awas Rambutnya Jatuh
Pasien kanker yang alami kebotakan kerap dinyinyir. Foto: ilustrasi/thinkstock
Jakarta - Cindy Audina (20) didiagnosis dengan dua jenis kanker sekaligus: leukemia dan kanker kelenjar getah bening. Saat itu dirinya masih berusia 9 tahun. Berbagai pengobatan pun dijalaninya.

Berbagai jenis obat yang masuk ke dalam tubuh Cindy membuatnya mengalami beberapa 'efek samping', termasuk rambut rontok dan kebotakan. Gigih tetap sekolah, Cindy pun mengungkapkan saat itu dirinya terpaksa harus menggunakan wig alias rambut palsu.

"Saat mau sembuh, saya tanya ke dokter kan, saya boleh nggak sekolah lagi? Katanya boleh yang penting tidak terlalu capek. Saya sekolah pakai topi, pakai wig, pakai masker juga. Itu saya diledekin," ungkap Cindy, ditemui dalam acara peluncuran bukunya, 'Nama Tengahku Mukjizat' Gedung Graha Niaga Thamrin, Jakarta, Selasa (4/7/2017).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Cindy lawan kanker sejak usia 9 tahunCindy lawan kanker sejak usia 9 tahun Foto: Ajeng Anastasia Kinanti


Baca juga: Pantang Menyerah! Kisah Cindy Audina Lawan Dua Kanker di Usia 9 Tahun

Cindy menceritakan, tak sedikit kakak kelas dan teman-teman mengejek wig yang digunakannya. Kebanyakan menyebut 'awas nanti wig-nya jatuh' atau 'awas rambutnya jatuhan'. Masih sekolah di tingkat SD, Cindy menuturkan hal semacam itu kadang membuatnya sedih.

"Rasanya mau nangis, kok begitu ya. Tapi nggak bisa cerita juga ke mama, karena nanti saya malah jadi tidak boleh sekolah," imbuh gadis pemilik akun Instagram @audicindy_ ini.

Meski harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit selama beberapa bulan akibat penyakitnya, serta sempat koma, Cindy mengaku keinginannya untuk tetap belajar masih tinggi. Ia ingin membuktikan bahwa punya penyakit kanker bukanlah penghalang untuk tetap berprestasi di bidang akademik.

Menurutnya, kanker yang diidapnya 'hanya' menyerang darah dan bukan otaknya. Maka dari itu, ia tetap bisa belajar dan meraih prestasi di sekolah cukup baik.

"Lulus SD, seperti biasa lanjut ke SMP lalu SMA. Saya sudah sembuh tapi masih punya tugas. Perjuangan saya bukan cuma saat masih kanker, tapi juga saat ini. Saya mau patahkan mitos-mitos yang katanya pasien kanker nggak bisa kerja, nggak bisa nikah. Bisa kok, kenapa tidak?" ungkapnya tegas.

Dalam bukunya, Cindy menceritakan berbagai perjuangan yang dilewatinya sampai kini dinyatakan sembuh dari kanker. Cindy masih tetap ingin berjuang 'menularkan' semangat kesembuhan untuk pejuang kanker lain, terutama anak-anak. "Lewat buku ini, saya ingin menunjukkan bahwa kita semua sama, kita bisa sembuh. Tidak ada yang perlu dibedakan dari penyintas kanker," pesan Cindy.

Baca juga: Akhir Perjuangan Pasien Kanker Usus: Selesaikan 24 Maraton dalam 2 Tahun

(ajg/up)

Berita Terkait