Fandina bercerita mengenai kemungkinan penyebab ia mengalami sumbing atau istilah medisnya cleft, yaitu pada saat ibunya mengandung, secara tidak sengaja mengonsumsi obat yang dinilai tidak asli.
"Obatnya kayak palsu, kayak tiruan gitu. Dan baru ketahuannya itu pas obatnya hampir habis. Dokternya kasih tahu saya akan terkena cleft," ujarnya saat ditemui di press conference di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Kamis (27/7/2017).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Benar saja, setelah lahir Fandina mengalami bibir dan lelangit sumbing. Tidak lama setelah lahir dilakukan operasi untuk memperbaiki ketidaksempurnaannya.
"Karena ada masalah, sumbatan di hidung itu dicabut sama tante saya karena keluar muntahan dari hidung. Akhirnya kecil sebelah, harusnya sumbatan itu buat menyamakan hidung saya. Akhirnya disuruh kembali lagi umur 17 tahun untuk operasi lagi," ungkapnya.
Walau sudah berkali-kali melakukan operasi, ia mengaku masih sering dicemooh oleh teman-temannya sejak masih kanak-kanak hingga beranjak dewasa seperti sekarang ini.
"Dari kecil tuh udah dikata-katain, dari belum sekolah sampai sekarang orang bawaannya mau ketawa, mau kayak ngeledek tapi dia udah dewasa. Tapi ya sudahlah, semakin hari semakin saya jalani ya sudahlah nggak apa-apa, lama-lama juga mereka nerima saya," jelas Fandina.
Bully atau perundungan oleh teman-temannya tidak menjadikan Fandina berkecil hati, ia selalu bersemangat walau mengetahui dirinya tidak sesempurna yang lainnya.
Baca juga: Efek bagi Kesehatan Gigi dan Mulut Saat Pasien Bibir Sumbing Tak Dioperasi (wdw/up)











































