Dijelaskan oleh dr Armansjah Dara Sjahrudin, SpKK, MKes, atau yang akrab disapa dr Dara, dokter spesialis kulit dari RS Mayapada, keringat berlebih dikenal dengan istilah hiperhidrosis. Kondisi kelebihan masalah keringat ini dibagi dua yaitu hiperhidrosis primer dan hiperhidrosis sekunder.
"Hiperhidrosis itu ada yang primer dan ada yang sekunder. Hiperhidrosis yang primer sampai saat ini belum ada penyebabnya secara pasti," ujar dr Dara kepada detikHealth usai Live Chat, kemarin (23/8/2017) di detikcom, Gedung Trans TV lantai 9, Jl Kapten Tendean, Jakarta Selatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara hiperhidrosis sekunder, menurut dr Dara biasanya disebabkan oleh penyakit-penyakit endokrin, misal gula darah yang rendah, tekanan darah rendah, atau misalnya hipertiroid yang akhirnya gampang berkeringat.
"Atau bisa lagi misalnya orang yang mau menopause biasanya terjadi hot flushes/hot flashes. Akhirnya lebih gampang sweating dan sebagainya," terang dr Dara.
dr Dara menambahkan, pada orang-orang yang mengonsumsi obat-obatan tertentu atau narkoba juga akan menimbulkan efek berbeda pada metabolisme.
"Terakhir, kalau memang produksi keringatnya masih berlebihan mungkin harus dicek, apakah dia memang ada penyakit-penyakit penyerta. Misalnya menopause, atau orang yang ada kelainan penyakit endokrin akhirnya jadi hipoglikemi, jadi hipertiroid, dan sebagainya," pesan dr Dara.
Baca juga: Riset Buktikan Bau Keringat Pria Vegetarian Paling Disukai Lawan Jenis
(hrn/fds)











































