Sementara itu data dari Monthly Risk Badan Kesehatan Dunia menunjukkan hingga tanggal 25 Juli 2017, ada 859 kasus flu burung di dunia dengan 453 kasus kematian. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kematian di Indonesia karena virus tersebut lebih tinggi di bandingkan dunia.
Ditemui di Gedung Prof Sujudi Kementerian Kesehatan RI, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan RI, dr Wiendra Woworuntu, M.Kes mengatakan bahwa virus influenza itu dapat bermutasi secara terus-menerus menjadi ancaman bagi kesehatan manusia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: 19 Burung Berkicau Asal China Dimusnahkan Karantina Surabaya
Kemudian H7N9 dilaporkan ada 1562 kasus dengan 607 kasusnya mengalami kematian pada tahun 2013-2017. Lalu H9N2 pada tahun 2017 terdapat 3 kasus di Cina.
"Untuk Indonesia belum pernah ada kasus H7N9," tegas dr Wiendra.
Walaupun belum ditemukan kasus virus subtipe tersebut, dr Wiendra mengatakan bahwa sudah seharusnya Indonesia melakukan upaya menjaga dan memelihara kapasitas kesiapsiagaan dalam menghadapi ancaman pandemi virus tersebut.
"Untuk dapat melakukan mitigasi dampak dan melakukan pengendalian darurat, kesiapsiagaan adalah kuncinya," kata Ketua Tim Kedaruratan Kesehatan Perwakilan WHO untuk Indonesia, Dr Kwang Il Rim.
Upaya pelatihan kesiapsiagaan tersebut rencananya akan dilakukan dengan menerapkan simulasi penanggulangan pandemi influenza di wilayah Tangerang Selatan, Banten, pada 19-20 September 2017.
Baca juga: Virus Flu Burung H7N3 Serang Peternakan Ayam di Meksiko (wdw/fds)











































