Jakarta -
Kanker kulit jenis melanoma merupakan jenis yang terganas, dan kanker inilah yang merenggut nyawa Adara Taista, menantu Hatta Rajasa, pada Sabtu (19/5/2018) lalu setelah berobat di Jepang.
Di Indonesia kasus melanoma belum sebanyak yang terjadi di luar negeri seperti Amerika Serikat dan Australia. Namun sebagai pencegahan, lebih baik kamu mengenali faktor-faktor risikonya, seperti berikut yang telah detikHealth rangkum dari berbagai sumber:
Punya sistem imun lemah
Foto: thinkstock
|
Sistem imun seseorang membantu mereka melawan kanker pada kulit dan organ lainnya. Orang yang imunnya lemah (dari penyakit tertentu atau dalam penanganan medis) lebih mungkin terkena beberapa jenis kanker kulit, termasuk melanoma.
Misalnya orang-orang yang menjalani transplantasi organ biasanya diberikan obat-obatan yang melemahkan imun mereka untuk mencegah tubuh mereka menolak si organ baru.
Atau orang-orang dengan HIV/AIDS di mana sistem imun mereka yang lemah juga dapat meningkatkan risiko mereka terkena melanoma.
Xeroderma pigmentosum
Foto: Thinkstock
|
Xeroderma pigmentosum (XP) merupakan kondisi langka yang diturunkan, menyerang kemampuan sel kulit untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi pada DNA, menurut American Cancer Society.
Pengidap XP memiliki risiko tinggi terkena melanoma dan kanker kulit lainnya saat mereka muda, terutama yang kulitnya sering terpapar sinar matahari.
Kulit, mata, dan rambut berwarna terang
Foto: thinkstock
|
"Risiko melanoma lebih tinggi pada mereka yang berkulit putih ketimbang gelap (ras kaukasian). Hal ini dikarenakan rendahnya pigmen kulit yang dapat membantu mereka mencegah masuknya radiasi sinar ultraviolet (UV) saat terpapar sinar matahari langsung pada kulit," demikian penjelasan dalam situs Skin Cancer Foundation.
Ditambah lagi jika mereka mempunyai warna mata terang seperti biru, hijau atau cokelat hazel dan memilik warna rambut asli terang seperti pirang. Dalam kasus tertentu, orang yang berkulit putih dan berambut merah terang juga berisiko tinggi terkena melanoma.
Orang Indonesia cenderung memiliki kulit, mata, dan rambut berwarna gelap. Oleh karena itu tak banyak kasus melanoma yang terjadi di Indonesia.
Wajah berbintik
Foto: Instagram Gabriella Rainbow
|
Gen MC1R yang mempengaruhi tipe pigmen melanin yang mereka produksi dapat menimbulkan freckles atau bintik-bintik pada wajah, serta rambut merah, kulit pucat dan kecenderungan mudah terbakar apabila terpapar sinar matahari.
Dr Amit Sharma, MD, seorang dermatologis di MayoClinic yang meneliti tentang genetika dermatologis menyebut bintik wajah merupakan mutasi jinak dari gen MC1R tersebut.
"Meski benar mutasi pada keturunan Celtic menyebabkan stereotip bintik wajah pada mereka yang berambut merah, variasi gen MC1R juga terjadi pada keturunan Cina, Jepang, Perancis, Meditereranean, Israel dan grup etnis Afrika tertentu," jelas Dr Sharma, dikutip dari Men's Health.
Sistem imun seseorang membantu mereka melawan kanker pada kulit dan organ lainnya. Orang yang imunnya lemah (dari penyakit tertentu atau dalam penanganan medis) lebih mungkin terkena beberapa jenis kanker kulit, termasuk melanoma.
Misalnya orang-orang yang menjalani transplantasi organ biasanya diberikan obat-obatan yang melemahkan imun mereka untuk mencegah tubuh mereka menolak si organ baru.
Atau orang-orang dengan HIV/AIDS di mana sistem imun mereka yang lemah juga dapat meningkatkan risiko mereka terkena melanoma.
Xeroderma pigmentosum (XP) merupakan kondisi langka yang diturunkan, menyerang kemampuan sel kulit untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi pada DNA, menurut American Cancer Society.
Pengidap XP memiliki risiko tinggi terkena melanoma dan kanker kulit lainnya saat mereka muda, terutama yang kulitnya sering terpapar sinar matahari.
"Risiko melanoma lebih tinggi pada mereka yang berkulit putih ketimbang gelap (ras kaukasian). Hal ini dikarenakan rendahnya pigmen kulit yang dapat membantu mereka mencegah masuknya radiasi sinar ultraviolet (UV) saat terpapar sinar matahari langsung pada kulit," demikian penjelasan dalam situs Skin Cancer Foundation.
Ditambah lagi jika mereka mempunyai warna mata terang seperti biru, hijau atau cokelat hazel dan memilik warna rambut asli terang seperti pirang. Dalam kasus tertentu, orang yang berkulit putih dan berambut merah terang juga berisiko tinggi terkena melanoma.
Orang Indonesia cenderung memiliki kulit, mata, dan rambut berwarna gelap. Oleh karena itu tak banyak kasus melanoma yang terjadi di Indonesia.
Gen MC1R yang mempengaruhi tipe pigmen melanin yang mereka produksi dapat menimbulkan freckles atau bintik-bintik pada wajah, serta rambut merah, kulit pucat dan kecenderungan mudah terbakar apabila terpapar sinar matahari.
Dr Amit Sharma, MD, seorang dermatologis di MayoClinic yang meneliti tentang genetika dermatologis menyebut bintik wajah merupakan mutasi jinak dari gen MC1R tersebut.
"Meski benar mutasi pada keturunan Celtic menyebabkan stereotip bintik wajah pada mereka yang berambut merah, variasi gen MC1R juga terjadi pada keturunan Cina, Jepang, Perancis, Meditereranean, Israel dan grup etnis Afrika tertentu," jelas Dr Sharma, dikutip dari Men's Health.
(frp/up)