Cucu Aa Gym Meninggal karena DIC, Siapa Saja yang Berisiko?

Cucu Aa Gym Meninggal karena DIC, Siapa Saja yang Berisiko?

Aisyah Kamaliah - detikHealth
Rabu, 23 Mei 2018 14:14 WIB
Cucu Aa Gym Meninggal karena DIC, Siapa Saja yang Berisiko?
Siapa saja bisa berisiko DIC. Foto: thinkstock
Jakarta - Keluarga besar ustaz Abdullah Gymnastiar, atau yang akrab disapa Aa Gym, tengah berduka. Gheziya Naura Khadija, sang cucu dari Aa Gym, meninggal pada Minggu (20/5/2018), pada usia dua bulan.

Ghaida Tsurayya, tante Gheziya, pun mengungkapkan kepergian keponakannya dikarenakan Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) atau gangguan pembekuan darah.

Kondisi langka ini menyebabkan darah membeku secara berlebihan dan menyumbat aliran darah. Jika tidak teratasi, suplai darah ke organ-organ vital akan terganggu dan bisa berujung pada kematian. Bukan cuma anak-anak, orang dewasa dengan kondisi tertentu juga bisa mengalaminya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Berikut ini sejumlah fakta tentang gangguan penggumpalan darah tersebut, dirangkum dari berbagai sumber.

Penyebab dan faktor risiko

Foto: thinkstock
Dilansir Medline Plus, DIC terjadi ketika ketika seseorang terluka, ada protein dalam darah yang akan membentuk gumpalan darah berjalan ke luka tersebut untuk membantu menghentikan pendarahan. Namun, bila protein ini tidak aktif secara normal di seluruh tubuh, maka DIC bisa terjadi.

Biasanya, DIC adalah penyakit yang timbul dari komplikasi atau akibat dari penyakit yang berkepanjangan lainnya. Kondisi ini terkait dengan berbagai gangguan klinis seperti misalnya gagal hati berat, kanker padat, sepsis dan trauma (neurotrauma).

Gejala yang muncul

Foto: Thinkstock
Tanda-tanda DIC bergantung terutama pada penyebabnya dan apakah kondisi ini kronis atau akut. DIC akut dikenal untuk berkembang cepat dan memiliki risiko berat pada pasien. DIC kronis berlangsung lebih lambat (mungkin memerlukan beberapa minggu atau bulan), seperti ditulis oleh thrombocyte.com.

Umumnya, pada kasus DIC, gumpalan terbentuk di seluruh kapiler sehingga menghalangi atau mengurangi aliran darah di dalam tubuh. Ini terkadang menyebabkan sejumlah komplikasi pada pasien, misalnya nyeri dada dan napas pendek ketika gumpalan darah terjadi di pembuluh darah jantung atau paru-paru pasien.

Kemerahan, penurunan tekanan darah dan pembengkakan di kaki bagian bawah juga bisa menjadi gejala DIC. Gejala lain termasuk kelumpuhan, sakit kepala dan kadang-kadang kesulitan dalam berbicara.

Pria dan wanita punya risiko yang sama

Foto: thinkstock
DIC tidak memiliki prevalensi yang diketahui dalam urusan gender. Baik laki-laki dan perempuan memiliki kemungkinan yang sama untuk mengembangkan kondisi ini.

Hal ini juga diketahui mempengaruhi orang-orang dari segala usia terlepas dari lokasi geografisnya. Mengenai hubungannya dengan faktor genetik, DIC juga tidak memiliki pengaruh genetik yang diketahui.

Pengobatan

Foto: thinkstock
Pengobatan DIC sebagian besar tergantung pada penyebab dan tingkat keparahan kondisi. Tujuan utama mengobati kondisi ini biasanya diarahkan pada pengendalian komplikasi perdarahan dan pengurangan pembekuan.

Pasien dengan DIC akut membutuhkan perawatan darurat. Perawatan semacam itu dapat menggabungkan pemberian obat, transfusi darah dan bahkan terapi oksigen.

Transfusi darah adalah praktik yang paling umum dilakukan. Biasanya dilakukan untuk mengganti darah yang hilang melalui luka atau memar. Untuk pasien dengan DIC kronis, pengobatan diberikan oleh pengenalan antikoagulan atau pengencer darah untuk mencegah pembekuan darah.

Halaman 2 dari 5
Dilansir Medline Plus, DIC terjadi ketika ketika seseorang terluka, ada protein dalam darah yang akan membentuk gumpalan darah berjalan ke luka tersebut untuk membantu menghentikan pendarahan. Namun, bila protein ini tidak aktif secara normal di seluruh tubuh, maka DIC bisa terjadi.

Biasanya, DIC adalah penyakit yang timbul dari komplikasi atau akibat dari penyakit yang berkepanjangan lainnya. Kondisi ini terkait dengan berbagai gangguan klinis seperti misalnya gagal hati berat, kanker padat, sepsis dan trauma (neurotrauma).

Tanda-tanda DIC bergantung terutama pada penyebabnya dan apakah kondisi ini kronis atau akut. DIC akut dikenal untuk berkembang cepat dan memiliki risiko berat pada pasien. DIC kronis berlangsung lebih lambat (mungkin memerlukan beberapa minggu atau bulan), seperti ditulis oleh thrombocyte.com.

Umumnya, pada kasus DIC, gumpalan terbentuk di seluruh kapiler sehingga menghalangi atau mengurangi aliran darah di dalam tubuh. Ini terkadang menyebabkan sejumlah komplikasi pada pasien, misalnya nyeri dada dan napas pendek ketika gumpalan darah terjadi di pembuluh darah jantung atau paru-paru pasien.

Kemerahan, penurunan tekanan darah dan pembengkakan di kaki bagian bawah juga bisa menjadi gejala DIC. Gejala lain termasuk kelumpuhan, sakit kepala dan kadang-kadang kesulitan dalam berbicara.

DIC tidak memiliki prevalensi yang diketahui dalam urusan gender. Baik laki-laki dan perempuan memiliki kemungkinan yang sama untuk mengembangkan kondisi ini.

Hal ini juga diketahui mempengaruhi orang-orang dari segala usia terlepas dari lokasi geografisnya. Mengenai hubungannya dengan faktor genetik, DIC juga tidak memiliki pengaruh genetik yang diketahui.

Pengobatan DIC sebagian besar tergantung pada penyebab dan tingkat keparahan kondisi. Tujuan utama mengobati kondisi ini biasanya diarahkan pada pengendalian komplikasi perdarahan dan pengurangan pembekuan.

Pasien dengan DIC akut membutuhkan perawatan darurat. Perawatan semacam itu dapat menggabungkan pemberian obat, transfusi darah dan bahkan terapi oksigen.

Transfusi darah adalah praktik yang paling umum dilakukan. Biasanya dilakukan untuk mengganti darah yang hilang melalui luka atau memar. Untuk pasien dengan DIC kronis, pengobatan diberikan oleh pengenalan antikoagulan atau pengencer darah untuk mencegah pembekuan darah.

(ask/up)

Berita Terkait