dr Andri, SpKJ, dari Klinik Psikosomatik RS Omni Alam Sutera, mengatakan kesempatan untuk terapi perilaku di bulan Ramadan sangat besar. Sebabnya, puasa yang diwajibkan bagi umat muslim bukan sekadar menahan haus dan lapar, tapi juga hawa nafsu, termasuk amarah, iri, dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kewajiban menahan emosi dan marah ini membantu seseorang untuk mengendalikan dirinya. Hal inilah yang dimaksud dr Andri sebagai terapi perilaku.
Di dalam dunia psikologi dan psikiatri, terapi perilaku merupakan metode penanganan masalah psikologis dengan mencari tahu apa penyebab masalah yang dialami. Setelah tahu penyebab masalah, maka dibutuhkan perubahan perilaku agar masalah tersebut tidak lagi muncul.
dr Andri mengatakan dengan terbatasnya perilaku, maka emosi-emosi negatif menjadi bisa ditahan dan dikurangi. Di sisi lain, emosi-emosi positif seperti rasa senang, bersyukur, dan empati kepada sesama harus ditingkatkan.
"Karena puasa, jadi bisa mempunyai kemampuan mengolah pikiran dan perasaannya, tidak lagi melakukan hal-hal yang negatif. Dengan begitu pola pikirnya akan berubah, dan perilakunya juga akan berubah lebih positif," tutupnya.











































