Jakarta -
Model dan artis senior Titi Qadarsih meninggal pada usia 73 tahun pada Senin (22/10/2018). Bagi masyarakat umum, 73 tahun adalah usia yang tak lagi muda. Mereka yang dianugerahi hidup lama harus mampu mengatur pola hidup supaya tetap sehat, berkualitas, dan mampu menjalankan aktivitas sehari-hari.
"Pola hidup sehat sebetulnya harus dilakukan sejak dini untuk menekan risiko sakit ketika sudah tua. Hal ini meliputi rajin olahraga, tidak merokok, dan menjaga keseimbangan asupan nutrisi," kata direktur eksekutif Reynolds Institute on Aging di University of Arkansas for Medical Sciences.
Dikutip dari Everyday Health, berikut beberapa penyakit yang berisiko terjadi pada lansia.
Radang sendi
Foto: thinkstock
|
Dokter geriatri Marie Bernard mengatakan, radang sendi mungkin kondisi yang paling umum terjadi pada orang berusia lebih dari 65 tahun. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) memperkirakan, radang sendi mempengaruhi kehidupan sekitar 49,7 persen lansia di Amerika.
Rasa sakit akibat radang sendi menyebabkan kualitas hidup lansia turun, hingga lebih berisiko terkena penyakit infeksi atau degeneratif. Bernard menyarankan lansia tetap olahraga meski perlahan, sambil menjalankan pengobatan radang sendi.
Gangguan jantung
Foto: thinkstock
|
Gangguan jantung dan pembuluh darah masih jadi salah satu yang terbanyak membunuh lansia berusia lebih dari 65 tahun. Risiko terkena penyakit degeneratif ini sebetulnya terus meningkat seiring usia, yang meliputi tekanan darah tinggi dan kolesterol.
Bernard menyarankan lansia menjalankan olahraga, makan teratur, dan beristirahat teratur. Bernard juga menyarankan lansia makan sesuai kebutuhan nutrisi untuk menjaga berat badan dan kondisi kesehatannya.
Diabetes
Foto: ilustrasi/thinkstock
|
CDC memperkirakan sekitar 25 persen lansia di Amerika hidup dengan diabetes. Pada 2014, penyakit metabolisme ini menjadi penyebab kematian 54.161 lansia. Diabetes sebetulnya bisa diketahui dengan tes darah sederhana untuk mengetahui kadar gula dalam tubuh.Lansia dan generasi masa kini bisa segera mengubah pola hidup menjadi lebih baik, bila telah mengetahui risiko dan peluang terkena diabetes. Hal ini membantu lansia dan generasi muda tetap sehat meski hidup dengan diabetes.
Osteoporosis
Foto: iStock
|
Tulang yang rapuh menyebabkan lansia sulit atau tak bisa bergerak, serta mudah cedera bila jatuh. National Osteoporosis Foundation memperkirakan sekitar 54 juta warga Amerika berusia lebih dari 50 tahun menderita osteoporosis. Jumlah ini mungkin meningkat jadi 64,4 juta pada 2020. Dengan kepadatan tulang yang minim, lansia berisiko mengalami tulang retak dan patah yang menurunkan kualitas hidupnya.
Masalah pernapasan
Foto: Thinkstock
|
Penyakit saluran pernapasan bawah kronis menjadi pembunuh lansia terbanyak selain jantung. CDC menyatakan, sekitar 10 persen pria dan 13 persen wanita lansia mengalami asma. Selain itu, sebanyak 10 persen laki-laki dan 11 persen wanita lansia terkena penyakit bronkitis kronis atau emfisema.Penyakit pernapasan kronis meningkatkan risiko lansia terkena infeksi pneumonia dan penyakit lain. Bernard menyarankan lansia menjalankan tes fungsi paru, minum obat teratir, dan menggunakan oksigen untuk mengendalikan masalah pernapasan serta menekan risiko terkena infeksi lainnya.
Dokter geriatri Marie Bernard mengatakan, radang sendi mungkin kondisi yang paling umum terjadi pada orang berusia lebih dari 65 tahun. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) memperkirakan, radang sendi mempengaruhi kehidupan sekitar 49,7 persen lansia di Amerika.
Rasa sakit akibat radang sendi menyebabkan kualitas hidup lansia turun, hingga lebih berisiko terkena penyakit infeksi atau degeneratif. Bernard menyarankan lansia tetap olahraga meski perlahan, sambil menjalankan pengobatan radang sendi.
Gangguan jantung dan pembuluh darah masih jadi salah satu yang terbanyak membunuh lansia berusia lebih dari 65 tahun. Risiko terkena penyakit degeneratif ini sebetulnya terus meningkat seiring usia, yang meliputi tekanan darah tinggi dan kolesterol.
Bernard menyarankan lansia menjalankan olahraga, makan teratur, dan beristirahat teratur. Bernard juga menyarankan lansia makan sesuai kebutuhan nutrisi untuk menjaga berat badan dan kondisi kesehatannya.
CDC memperkirakan sekitar 25 persen lansia di Amerika hidup dengan diabetes. Pada 2014, penyakit metabolisme ini menjadi penyebab kematian 54.161 lansia. Diabetes sebetulnya bisa diketahui dengan tes darah sederhana untuk mengetahui kadar gula dalam tubuh.
Lansia dan generasi masa kini bisa segera mengubah pola hidup menjadi lebih baik, bila telah mengetahui risiko dan peluang terkena diabetes. Hal ini membantu lansia dan generasi muda tetap sehat meski hidup dengan diabetes.
Tulang yang rapuh menyebabkan lansia sulit atau tak bisa bergerak, serta mudah cedera bila jatuh. National Osteoporosis Foundation memperkirakan sekitar 54 juta warga Amerika berusia lebih dari 50 tahun menderita osteoporosis. Jumlah ini mungkin meningkat jadi 64,4 juta pada 2020. Dengan kepadatan tulang yang minim, lansia berisiko mengalami tulang retak dan patah yang menurunkan kualitas hidupnya.
Penyakit saluran pernapasan bawah kronis menjadi pembunuh lansia terbanyak selain jantung. CDC menyatakan, sekitar 10 persen pria dan 13 persen wanita lansia mengalami asma. Selain itu, sebanyak 10 persen laki-laki dan 11 persen wanita lansia terkena penyakit bronkitis kronis atau emfisema.
Penyakit pernapasan kronis meningkatkan risiko lansia terkena infeksi pneumonia dan penyakit lain. Bernard menyarankan lansia menjalankan tes fungsi paru, minum obat teratir, dan menggunakan oksigen untuk mengendalikan masalah pernapasan serta menekan risiko terkena infeksi lainnya.
(Rosmha Widiyani/up)