Batuk Nggak Sembuh-Sembuh? Hati-Hati Jadi Kanker Paru

Batuk Nggak Sembuh-Sembuh? Hati-Hati Jadi Kanker Paru

Rosmha Widiyani - detikHealth
Minggu, 16 Des 2018 19:10 WIB
Batuk Nggak Sembuh-Sembuh? Hati-Hati Jadi Kanker Paru
Sebaiknya segera periksakan diri bila batuk tidak kunjung sembuh. (Foto: Thinkstock)
Jakarta - Batuk yang tidak kunjung sembuh kerap dianggap hal biasa. Apalagi bila yang mengalami batuk-batuk adalah seorang perokok. Pasien biasanya lebih memilih ganti bermacam obat daripada segera berkonsultasi ke dokter.

Dokter spesialis paru dari Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan dr Anwar Jusuf mengingatkan masyarakat terkait perilaku membiarkan batuk. Menurutnya, batuk kerap kali diremehkan karena dianggap tak berbahaya. Padahal batuk bisa menjadi penanda serangan kanker paru.



ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tidak ada yang namanya batuk biasa. Batuk adalah reaksi tubuh karena ada sesuatu yang ingin dikeluarkan. Masyarakat harus waspada bila batuknya tidak sembuh-sembuh, atau kembali kambuh meski sudah minum antibiotik," kata dr Jusuf dalam acara Seminar Sehari Kewaspadaan dan Deteksi Kanker Paru pada Layanan Primer di RSUP Persahabatan, Minggu (16/12/2018).

Selain batuk, ada beberapa gejala kanker paru lain yang kerap diremehkan. Gejala tersebut adalah sesak napas yang sebelumnya tidak ada yang disertai nyeri di dada, kepala, dan bahu/lengan. Selain itu, pasien juga mengalami bengkak di leher dan lengan serta kelumpuhan yang kerap dikira stroke. Kelumpuhan biasanya terjadi di lengan atau kedua tungkai.

Pemeriksaan awal bisa dilakukan di puskesmas atau klinik pratama, yang dekat dengan domisili warga. Petugas di layanan primer sebaiknya tidak terlalu buru-buru melakukan pemeriksaan, terutama bila pasien memiliki faktor risiko kanker paru. Misal rentan terpapar asap rokok, polusi kendaraan, pabrik, atau pertambangan.

Kecurigaan makin bertambah jika pasien menunjukkan hasil tes dahak negatif. Pemeriksaan di fasilitas kesehatan primer sedikitnya membutuhkan waktu 15 menit. Pemeriksaan dan wawancara memungkinkan dokter bisa menuliskan rujukan beserta terapi yang diperlukan pasien dengan baik.

(fds/fds)

Berita Terkait