Jakarta -
Natal yang identik dengan suasana hangat dan nyaman, ternyata bisa memicu ketakutan atau fobia. Dikutip dari Health Central, fobia adalah rasa takut yang luar biasa dan melemahkan. Fobia bisa tertuju pada objek, tempat, situasi, perasaan, atau hewan.
Seseorang dengan fobia merasakan bahaya berlebihan dan tidak realistis. Psikolog Jerry Kennard menggolongkan fobia menjadi hal komplek misal ketakutan sosial, atau sederhana contoh takut pada objek tertentu.
Tidak ada yang tahu jumlah total fobia di dunia. Berikut beberapa contoh fobia yang berhubungan dengan Natal.
Christougenniatikofobia
Lomba lari dengan kostum sinterklas. Foto: (Jack Taylor/Getty Images)
|
Orang dengan Christougenniatikophobia mungkin lebih memilih tidak merayakan Natal. Ketakutan ini umumnya berkembang saat usia anak yang disertai fobia lain. Beberapa ketakutan yang terdapat dalam Christougenniatikophobia adalah pada sinterklas (santafobia), pesta (simbosiofobia), dan hal lain terkait ritual Natal.
Selafobia
Suasana jelang Natal. Foto: Grandyos Zafna
|
Natal identik dengan dekorasi dengan aneka warna dan kilap. Dekorasi yang cantik ini jadi masalah bagi penderita selafobia, yang takut pada sesuatu yang bercahaya. Penderita biasanya pernah mengalami migrain atau ketakutan akibat kelap-kelip cahaya. Memori ini membangkitkan ketakutan hingga menjadi selafobia.
Syngenesophobia
Ilustrasi keluarga. Foto: shutterstock
|
Syngenesophobia atau familiaphobia ini berasal dari rasa khawatir saat keluarga, saudara, dan teman berkunjung saat Natal. Ketakutan ini mengakibatkan pengidapnya merasa panik, menghindar, atau mengalami gangguan fisik. Pengidap familiafobia bisa menyembunyikan kondisinya di hari biasa, namun tidak saat perayaan hari besar atau kumpul keluarga.
Meleagrisphobia
Hidangan berbahan kalkun. Foto: iStock
|
Yang ini adalah ketakutan pada kalkun yang kerap menjadi bahan hidangan utama saat Natal. Pengidap meleagrisphobia akan memilih hidangan lain saat makan bersama. Ketakutan ini biasanya dipicu pengalaman buruk terkait kalkun saat masih kecil.
Ghabhphobia
Ilustrasi kado. Foto: Thinkstock
|
Ghabhphobia sebetulnya adalah bentuk ketakutan pada lingkungan sosial. Ketakutan pada hadiah ini mengakibatkan pengidapnya merasa lebih baik tidak menerima kado saat Natal. Pengidap tidak menyukai perhatian yang diterima saat membuka kado, karena merasa harus menampilkan ekspresi bahagia. Rasa gelisah menyebabkan pengidap tidak bisa menikmati momen saat menerima kado.
Orang dengan Christougenniatikophobia mungkin lebih memilih tidak merayakan Natal. Ketakutan ini umumnya berkembang saat usia anak yang disertai fobia lain. Beberapa ketakutan yang terdapat dalam Christougenniatikophobia adalah pada sinterklas (santafobia), pesta (simbosiofobia), dan hal lain terkait ritual Natal.
Natal identik dengan dekorasi dengan aneka warna dan kilap. Dekorasi yang cantik ini jadi masalah bagi penderita selafobia, yang takut pada sesuatu yang bercahaya. Penderita biasanya pernah mengalami migrain atau ketakutan akibat kelap-kelip cahaya. Memori ini membangkitkan ketakutan hingga menjadi selafobia.
Syngenesophobia atau familiaphobia ini berasal dari rasa khawatir saat keluarga, saudara, dan teman berkunjung saat Natal. Ketakutan ini mengakibatkan pengidapnya merasa panik, menghindar, atau mengalami gangguan fisik. Pengidap familiafobia bisa menyembunyikan kondisinya di hari biasa, namun tidak saat perayaan hari besar atau kumpul keluarga.
Yang ini adalah ketakutan pada kalkun yang kerap menjadi bahan hidangan utama saat Natal. Pengidap meleagrisphobia akan memilih hidangan lain saat makan bersama. Ketakutan ini biasanya dipicu pengalaman buruk terkait kalkun saat masih kecil.
Ghabhphobia sebetulnya adalah bentuk ketakutan pada lingkungan sosial. Ketakutan pada hadiah ini mengakibatkan pengidapnya merasa lebih baik tidak menerima kado saat Natal. Pengidap tidak menyukai perhatian yang diterima saat membuka kado, karena merasa harus menampilkan ekspresi bahagia. Rasa gelisah menyebabkan pengidap tidak bisa menikmati momen saat menerima kado.
(kna/kna)