Jakarta -
Dian Pramana Poetra sempat alami pingsan dan menurunnya kadar Hb (haemoglobin), sebelum akhirnya terdiagnosis kanker darah atau leukemia stadium empat. Ia mendadak lemas saat akan manggung di Banyuwangi, namun Dian tak mau dirawat di rumah sakit.
Leukemia adalah kanker yang menyerang sumsum tulang belakang dan banyak ditemukan pada anak usia 2-6 tahun serta orang tua di atas 50 tahun. Merupakan jenis kanker yang tidak bertumor, diagnosis leukemia dilakukan dengan melihat kondisi darah.
Selain itu jumlah sel darah, pembesaran limpa, dan abnormalitas sel darah putih juga menjadi beberapa marker atau penanda seseorang mengalami leukemia. Tanda-tanda ini juga dimiliki penyakit lain, sehingga kerap salah dikira leukemia, berikut daftarnya:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Anemia aplastik
Foto: Instagram
|
Anemia aplastik merupakan kelainan darah di mana sumsum tulang belakang tidak bisa memproduksi trombosit, sel darah merah dan sel darah putih baru. Penyakit ini tergolong langka dan biasanya menyerang seseorang di usia 20-an, dikutip dari Oncology Encyclopedia.
Pengidap anemia aplastik parah sering disangka mengidap leukemia karena hasil tes darahnya yang menunjukkan abnormalitas pada sel darah. Gejala anemia aplastik antara lain sering lemas, kurang bertenaga dan rentan infeksi serta pendarahan yang berlebihan.
Limfoma
Foto: ilustrasi/thinkstock
|
Limfoma, dikenal juga sebagai kanker limfa atau kanker kelenjar getah bening, merupakan penyakit yang paling sering didiagnosis sebagai leukemia. Sama-sama kanker dan menyebabkan abnormalitas pada sel darah, perbedaan terletak pada organ yang menjadi sumber penyakit.
Leukemia terjadi pada sumsum tulang, sementara limfoma menyerang kelenjar getah bening. Gejala utama limfoma adalah munculnya benjolan yang tidak sakit di sekitar leher, ketiak dan selangkangan, disertai perasaan mudah lelah, berkeringat di malam hari, dan penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.
Sindrom mielodisplasia
Sesak napas jadi salah satu tandanya. Foto: ilustrasi/thinkstock
|
Sindrom mielodisplasia, sering juga disebut preleukemia atau MDS, adalah beberapa gejala yang terjadi karena sumsum tulang belakang tidak membentuk sel darah dengan baik. Penyakit ini rentan menyerang lansia di atas 60 tahun.
Gejalanya pun beragam, mulai dari anemia, sering infeksi karena sel darah putih tidak terbentuk dengan matang, mudah memar karena trombosit rendah, kelelahan dan sesak napas. Orang yang mengalami MDS juga rentan memiliki bercak merah di bawah kulit akibat perdarahan.
Trombositosis
Foto: thinkstock
|
Trombositosis adalah kelainan jumlah trombosit pada tubuh. Jika biasanya jumlah trombosit normal pada darah adalah 150.000 sampai 450.000 per mikroliter darah, pengidap trombositosis bisa memiliki jumlah trombosit hingga di atas 600.000.
Kadar trombosit berlebih bisa berbahaya karena dapat meningkatkan risiko penggumpalan darah. Penyebab trombositosis sendiri beragam, mulai dari infeksi hingga gangguan pada tulang dan sumsum belakang.
Demam kelenjar
Foto: ilustrasi/thinkstock
|
Demam kelenjar atau mononukleosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus Epstein-Barr (EBV) yang menyerang kelenjar getah bening di leher. Gejalanya antara lain demam, sakit tenggorokan, mudah lelah dan lemas yang disertai dengan nyeri otot dan sendi.
Demam kelenjar sendiri menular lewat cara unik, yakni berciuman, meski virus juga bisa menular lewat cairan tubuh lain seperti batuk dan bersin. Komplikasi demam kelenjar yang serius bisa menyebabkan pembengkakan limpa, sama seperti penyakit leukemia.
Anemia aplastik merupakan kelainan darah di mana sumsum tulang belakang tidak bisa memproduksi trombosit, sel darah merah dan sel darah putih baru. Penyakit ini tergolong langka dan biasanya menyerang seseorang di usia 20-an, dikutip dari Oncology Encyclopedia.
Pengidap anemia aplastik parah sering disangka mengidap leukemia karena hasil tes darahnya yang menunjukkan abnormalitas pada sel darah. Gejala anemia aplastik antara lain sering lemas, kurang bertenaga dan rentan infeksi serta pendarahan yang berlebihan.
Limfoma, dikenal juga sebagai kanker limfa atau kanker kelenjar getah bening, merupakan penyakit yang paling sering didiagnosis sebagai leukemia. Sama-sama kanker dan menyebabkan abnormalitas pada sel darah, perbedaan terletak pada organ yang menjadi sumber penyakit.
Leukemia terjadi pada sumsum tulang, sementara limfoma menyerang kelenjar getah bening. Gejala utama limfoma adalah munculnya benjolan yang tidak sakit di sekitar leher, ketiak dan selangkangan, disertai perasaan mudah lelah, berkeringat di malam hari, dan penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.
Sindrom mielodisplasia, sering juga disebut preleukemia atau MDS, adalah beberapa gejala yang terjadi karena sumsum tulang belakang tidak membentuk sel darah dengan baik. Penyakit ini rentan menyerang lansia di atas 60 tahun.
Gejalanya pun beragam, mulai dari anemia, sering infeksi karena sel darah putih tidak terbentuk dengan matang, mudah memar karena trombosit rendah, kelelahan dan sesak napas. Orang yang mengalami MDS juga rentan memiliki bercak merah di bawah kulit akibat perdarahan.
Trombositosis adalah kelainan jumlah trombosit pada tubuh. Jika biasanya jumlah trombosit normal pada darah adalah 150.000 sampai 450.000 per mikroliter darah, pengidap trombositosis bisa memiliki jumlah trombosit hingga di atas 600.000.
Kadar trombosit berlebih bisa berbahaya karena dapat meningkatkan risiko penggumpalan darah. Penyebab trombositosis sendiri beragam, mulai dari infeksi hingga gangguan pada tulang dan sumsum belakang.
Demam kelenjar atau mononukleosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus Epstein-Barr (EBV) yang menyerang kelenjar getah bening di leher. Gejalanya antara lain demam, sakit tenggorokan, mudah lelah dan lemas yang disertai dengan nyeri otot dan sendi.
Demam kelenjar sendiri menular lewat cara unik, yakni berciuman, meski virus juga bisa menular lewat cairan tubuh lain seperti batuk dan bersin. Komplikasi demam kelenjar yang serius bisa menyebabkan pembengkakan limpa, sama seperti penyakit leukemia.
(frp/up)