Berbagai hal menjadi latar belakang seseorang akhirnya memilih prostitusi. Dikutip dari Psychology Today, pemakai jasa prostitusi terindikasi mengalami kecanduan atau adiksi seks. Gangguan hiperseksual ini ditandai pemikiran dan tindakan seksual terus menerus yang berdampak buruk pada penderitanya.
Tanpa menampik kemungkinan tersebut, seksolog yang juga pakar andrologi dari Universitas Udayana Prof Wimpie Pangkahila, SpAnd mengungkap motif dasar hingga seseorang menggunakan jasa prostitusi. Motif inilah yang menyebabkan prostitusi tumbuh subur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Prof Wimpie, prostitusi menggambarkan mahalnya pemenuhan kebutuhan dan harapan seksual. Layaknya makan, seks menjadi kebutuhan dasar setiap manusia. Hal inilah yang mengakibatkan seseorang tak ragu membayar mahal demi memenuhi kebutuhan seks, bahkan hingga lebih dari Rp 80 juta.
Setiap orang sebetulnya berisiko memggunakan jasa prostitusi. Namun menurut Prof Wimpie, risiko dibatasi nilai sosial mengakibatkan seseorang urung menggunakan jasa prostitusi. Belum lagi tarif dan penyakit menular seksual.
Prof Wimpie kembali mengingatkan seks bukanlah sekadar hubungan badan. Seks melibatkan rasa percaya dan hubungan emosional dengan pasangan. Masalah ranjang selayaknya diatasi dengan konsultasi dan komunikasi, bukan prostitusi.











































