Kata Ahli Andrologi Soal Pria Rela Bayar Rp 80 Juta untuk Prostitusi

Kata Ahli Andrologi Soal Pria Rela Bayar Rp 80 Juta untuk Prostitusi

Rosmha Widiyani - detikHealth
Rabu, 09 Jan 2019 11:20 WIB
Kata Ahli Andrologi Soal Pria Rela Bayar Rp 80 Juta untuk Prostitusi
Kecanduan seks bukan satu-satunya penyebab pria menggunakan jasa prostitusi (Foto: iStock)
Jakarta - Kasus prostitusi yang melibatkan para artis masih menjadi perbincangan masyarakat. Pasalnya, pengguna jasa prostitusi dikenakan tarif fantastis hingga Rp 80 juta.

Berbagai hal menjadi latar belakang seseorang akhirnya memilih prostitusi. Dikutip dari Psychology Today, pemakai jasa prostitusi terindikasi mengalami kecanduan atau adiksi seks. Gangguan hiperseksual ini ditandai pemikiran dan tindakan seksual terus menerus yang berdampak buruk pada penderitanya.

Tanpa menampik kemungkinan tersebut, seksolog yang juga pakar andrologi dari Universitas Udayana Prof Wimpie Pangkahila, SpAnd mengungkap motif dasar hingga seseorang menggunakan jasa prostitusi. Motif inilah yang menyebabkan prostitusi tumbuh subur.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bukan sekadar adiksi, pelanggan prostitusi umumnya merasa kesepian. Bagi yang sudah punya pasangan, mereka merasa kebutuhan seksualnya tidak terpenuhi. Ada juga yang berharap pengalaman berbeda dengan jasa prostitusi," kata Prof Wimpie pada detikHealth, Rabu (09/01/2019).



Menurut Prof Wimpie, prostitusi menggambarkan mahalnya pemenuhan kebutuhan dan harapan seksual. Layaknya makan, seks menjadi kebutuhan dasar setiap manusia. Hal inilah yang mengakibatkan seseorang tak ragu membayar mahal demi memenuhi kebutuhan seks, bahkan hingga lebih dari Rp 80 juta.

Setiap orang sebetulnya berisiko memggunakan jasa prostitusi. Namun menurut Prof Wimpie, risiko dibatasi nilai sosial mengakibatkan seseorang urung menggunakan jasa prostitusi. Belum lagi tarif dan penyakit menular seksual.

Prof Wimpie kembali mengingatkan seks bukanlah sekadar hubungan badan. Seks melibatkan rasa percaya dan hubungan emosional dengan pasangan. Masalah ranjang selayaknya diatasi dengan konsultasi dan komunikasi, bukan prostitusi.

(up/up)

Berita Terkait