Teman Curhat Ingin Bunuh Diri di Medsos, Bantu Atau Diam Saja!

Teman Curhat Ingin Bunuh Diri di Medsos, Bantu Atau Diam Saja!

Widiya Wiyanti - detikHealth
Selasa, 29 Jan 2019 13:55 WIB
Teman Curhat Ingin Bunuh Diri di Medsos, Bantu Atau Diam Saja!
Ilustrasi orang depresi ingin bunuh diri. Foto: Thinkstock
Jakarta - Entah sudah berapa kali ada orang yang memperlihatkan tanda-tanda ingin bunuh diri dengan mengeluhkan keadaannya di media sosial (medsos). Akhir-akhir ini pun seorang mahasiswa membuat cuitan di Twitter ingin mengakhiri hidupnya sebelum ia benar-benar bunuh diri.

Sayangnya, tidak semua orang peka terhadap tanda yang diberikan orang-orang tersebut. Bahkan ada saja yang berpikir bahwa itu hanya sebuah aksi 'caper' alias cari perhatian atau cari sensasi.

Menurut pendiri Komunitas Into The Light Indonesia, Benny Prawira, jika kita menemukan teman yang curhat ingin bunuh diri di medsos hanya dua pilihan yang bisa kita lakukan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sederhananya, pilihannya itu cuma dua: Tidak usah pikirkan mereka itu mau caper atau tidak, langsung jangkau mereka yang sedang suicidal dan berikan dukungan yang konstruktif untuk ke profesional. Atau diam saja, tidak perlu komentar negatif kalau sudah merasa risih, tidak yakin, lelah dan negatif duluan dengan postingan seperti itu daripada ikutan penghakiman massal dan nambah dosa dengan mendorong kematian seseorang," jelasnya kepada detikHealth, Selasa (29/1/2019).



Benny mengatakan bahwa pemikiran orang yang ingin bunuh diri mudah sekali naik turun. Maka dari itu, komentar-komentar yang bersifat menceramahi dan menasihati bisa membuat orang tersebut lebih ingin melakukan bunuh diri.

"Yang kita lakukan adalah bukan menjadi penyelamat dengan ceramah ini itu, kasih nasihat ini itu, apalagi jadi hakim yang ingetin ini dosa, lemah, bodoh, segala macam hal negatif lainnya. Tugas kita menjadi pendamping, memahami apa yang terjadi sama dia dan memberikan ruang aman bagi dia untuk mengeluarkan emosi negatif yang menyebabkan dia menjadi suicidal," tutur Benny.

Tugas kita bukan untuk memperbaikinya, namun memperlakukannya sebagai manusia, mengamati dan memperhatikan di saat orang tersebut membutuhkan teman untuk berkeluh kesah.

Benny mengingatkan bahwa jempol kita dengan berkomentar di medsos dapat menentukan hidup mati seseorang yang ingin bunuh diri.

"Jadi yah, kalau tidak tahu cara menanganinya, lebih baik diam, daripada malah berpartisipasi dalam mendorong kematian orang lain," tandasnya.



Untuk mengakses layanan konseling pencegahan bunuh diri, Kementerian Kesehatan mempersilakan masyarakat untk mengakses nomor telepon gawat darurat (emergency) di 119, bebas pulsa.

Lima rumah sakit juga disiagakan Kementerian Kesehatan untuk melayani panggilan telepon konseling pencegahan bunuh diri, yakni:
1. RSJ Amino Gondohutomo Semarang (024) 6722565
2. RSJ Marzoeki Mahdi Bogor (0251) 8324024, 8324025, 83240467
3. RSJ Soeharto Heerdjan Jakarta (021) 5682841
4. RSJ Prof Dr Soerojo Magelang (0293) 363601
5. RSJ Radjiman Wediodiningrat Malang (0341) 423444

Ada pula nomor hotline Halo Kemkes di 1500-567 yang bisa dihubungi untuk mendapatkan informasi di bidang kesehatan , 24 jam.


(wdw/up)

Berita Terkait