Menurut kepolisian setempat, anak tersebut meninggal karena serangan jantung yang dipicu suara terlalu keras. Dokter jantung pun menduga adanya penyakit jantung bawaan yang diidap bocah tersebut.
"Terlepas dari dia merokok atau yang lainnya, pada kasus ini mirip adanya gangguan irama jantung yang karena bawaan dan dipicu dengan suara keras, sehingga membuat irama jantungnya tidak beraturan," ujar dokter spesialis jantung dr Vito A. Damay, SpJP(K) kepada detikHealth.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
dr Vito menjelaskan, adanya gangguan irama jantung atau biasa disebut aritmia kemudian dipicu dengan suara terlalu keras membuat iramanya tidak beraturan dapat menyebabkan henti jantung. Maka dari itu, orang yang memiliki gangguan irama jantung harus mewaspadainya.
Sayangnya, aritmia pada anak-anak kerap tidak diketahui karena tidak adanya keluhan dari sang anak. Kondisi ketidaktahuan ini lah yang kerap membuat hal seperti yang dialami bocah di di Dusun Sumberjo, Desa Karangrejo, Kecamatan Garum, Blitar itu terjadi.
"Kalau pada anak-anak susah ya, harusnya sih di-EKG (elektrokardiogram)," tandas dr Vito.
(wdw/up)











































