Beberapa waktu lalu, dr Andri SpKJ dari Klinik Psikosomatik RS OMNI Alam Sutera, mengatakan bullying memang bisa menimpa siapa saja, akan tetapi tidak semua orang memiliki sifat bully dan menjadi pelaku bully.
"Seorang pelaku bully bisa kelihatan sifatnya, yakni egois, mau menang sendiri, dan sering meledek orang lain yang memiliki kekurangan," tutur dr Andri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bisa jadi korban lebih cantik, atau lebih ganteng. Atau karena korban dianggap lebih bodoh atau bahkan lebih pintar," tambahnya lagi.
Sebelumnya, Psikolog Anak dan Remaja, Ratih Zulhaqqi dalam 'Bincang Sehat' detikHealth menuturkan bahwa penanam nilai positif adalah hal yang harus dilakukan menjadi kebiasaan dalam keluarga.
"Jadi keluarga harus menanamkan nilai-nilai yang memang tidak mengarahkan anak tidak menjadi kriteria pembully. Misalnya anak harus diajarkan bagaiamana cara menghargai orang lain dan menilai orang lain secara positif,"
Dengan menanamkan rasa mencintai dan menghargai orang lain, tindak bully bisa diminimalisir. Dengan kurangnya penanaman nilai tersebut, bukan tidak mungkin anak menjadi mengolok teman-temannya yang lain.
Dampak bully pun bisa berakibat fatal loh, misalnya saja trauma yang membuat si anak tidak bisa melupakan kejadian tersebut.











































