Para dokter fertilitas di Yunana dan Spanyol melakukan sebuah metode pertama kalinya untuk mengatas infertilitas wanita tersebut. Sang wanita memiliki penyakit mitokondria (kompartemen dalam sel yang mengubah makanan menjadi energi) yang mematikan yang dapat diturunkan dari sang ibu ke bayi.
Bayi tersebut lahir dengan berat 2,9 kg, melalui prosedur bayi tabung menggunakan telur dari ibu, sperma ayah dan telur lainnya dari wanita donor. Akibat cacat pada mitokondria, menggabungkan DNA sang ibu dengan mitokondria dari si donor dapat mencegah penyakit itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para dokter yang terlibat berharap inovasi dan sejarah ini dapat membantu pasangan tak subur di seluruh dunia. Namun kontroversi merebak di parah ahli lainnya, karena menimbulkan banyak pertanyaan etis dan beranggapan seharusnya tidak dilakukan.
"Saya khawatir belum ada bukti bagi pasien untuk diambil material genetiknya dari telur miliknya dan dipindah ke telur sang donor," kata Tim Child, dari University of Oxford dan direktur The Fertility Partnership, dikutip dari BBC.
"Risiko teknik ini belum sepenuhnya diketahui, walau memang setidaknya bisa diterima apabila digunakan untuk mengobati penyakit mitokondria, tapi tidak dalam keadaan ini (untuk hamil). Pasien masih bisa tetap hamil walau menggunakan prosedur bayi tabung yang standar sekalipun," pungkasnya.











































