Seiring meningkatnya kasus gagal ginjal di Singapura, negara tersebut kini menempati peringkat keempat dunia dalam hal prevalensi, atau jumlah kasus gagal ginjal yang tercatat.
Proyeksi juga menunjukkan bahwa pada 2035, satu dari empat warga Singapura diperkirakan akan hidup dengan penyakit ginjal kronis atau chronic kidney disease (CKD).
Lonjakan ini terbilang 'mencolok' jika dibandingkan dengan penyakit kronis utama lainnya. National Population Health Survey (NPHS) 2024 yang dirilis Ministry of Health Singapura (MOH) dan Health Promotion Board (HPB) mencatat prevalensi diabetes, hipertensi, dan kolesterol tinggi relatif stabil atau bahkan menurun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebaliknya, prevalensi penyakit ginjal kronis melonjak tajam dari 8,7 persen pada 2019-2020 menjadi 14,9 persen pada 2023-2024.
"Peningkatan tajam ini kemungkinan disebabkan oleh semakin banyaknya tes darah dan urine yang dilanjutkan setelah pandemi COVID-19, serta dorongan dari lembaga kesehatan masyarakat untuk melakukan skrining dini penyakit ginjal kronis pada pasien berisiko tinggi," kata Adjunct Associate Professor Dr Chua Horng Ruey, Kepala Divisi Nefrologi di National University Hospital (NUH), dikutip dari CNA.
Saat ini, Singapura memiliki lebih dari 9.000 pasien dialisis, sekitar 60 persen di antaranya menerima layanan bersubsidi melalui National Kidney Foundation (NKF).
Mengapa Kasus Penyakit Ginjal di Singapura Terus Meningkat?
Peningkatan prevalensi penyakit ginjal di Singapura erat kaitannya dengan penyakit kronis utama seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit kardiovaskular. Singapura tercatat sebagai peringkat ketiga dunia untuk gagal ginjal akibat diabetes, dan sekitar dua pertiga pasien NKF mengalami gagal ginjal karena diabetes.
Selain itu, populasi yang menua dan tingginya angka penyakit kardiovaskular turut memperluas kelompok masyarakat yang rentan terhadap penyakit ginjal kronis.
Meski demikian, proporsi pasien baru dialisis akibat diabetes menurun dari sekitar 68 persen pada 2019 menjadi 63 persen pada tahun lalu. Penurunan ini, meski belum signifikan, dinilai menunjukkan dampak awal dari upaya nasional seperti kampanye Beat Diabetes.
CEO NKF Yen Tan, yang mulai menjabat Februari tahun ini, menyebutkan bahwa faktor gaya hidup juga berperan besar. Banyak warga Singapura mengonsumsi makanan tinggi natrium dari garam tambahan, saus, dan makanan olahan. Kebiasaan makan di luar juga berkontribusi, mengingat kandungan garam dan gula tersembunyi serta porsi yang lebih besar kerap ditemukan pada makanan siap saji.
Pola makan seperti itu meningkatkan tekanan darah dan membebani ginjal, sementara kalori berlebih berkontribusi pada obesitas, yang merupakan faktor risiko diabetes dan hipertensi. Risiko tersebut semakin meningkat ketika pola makan yang buruk ini ditambah dengan gaya hidup yang kurang aktif.
Simak Video "Video: Setengah Juta Warga di Singapura Kena Penyakit Ginjal "
[Gambas:Video 20detik]
(suc/suc)











































