Kepada detikHealth, sejumlah orang memberikan pengakuan kalau mereka sudah mulai malas nih dengan drama 'cebong' atau 'kampret' yang ada di media sosial. Salah satunya Adidtya Bagus (30) seorang karyawan hotel yang sudah lama jadi pengagum Joko Widodo.
"Aku mengamati beliau dari sejak walikota Solo, menurutku sosok beliau itu kayak antitesis dari pejabat publik di tahun itu. Beliau untuk pertama kalinya membuat gebrakan kalo pejabat bisa merakyat. Pemilu walkot yang kedua beliau gak kampanye sama sekali dan dapat 80% suara menurut aku sosok beliau spesial bgt," curhat Adidtya melalui pesan singkat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Adapun soal hasil resmi KPU Saya yakin gak akan jauh beda tapiiiii mari sama-sama kita hormati hasil resminya," lanjut Adidtya.
Untuk teman-teman yang masih saja meributkan perkara pemilu, Adidtya sih sudah jauh-jauh hari menghindari itu. Ia mengaku hanya ingin realistis. Ia menambahkan, Indonesia bisa sukses bukan karena generasi muda yang pintar tapi generasi muda yang beradab dan berakhlak.
"Saran aku yah, kita hidup realistis saja, politik adalah alat yg dilakukan untuk membuat pemerintahan solid dan pemerintah bisa bekerja dengan baik, adapun bagi kita, rakyat biasa, politik akan kurang begitu terasa manfaatnya, menurut aku, hidup realistis aja, gak usah ribut-ribut. Mari sama sama nikmati hasil pembangunan Jokowi dan juga merawat apa yang sudah dibangun," tutup Adidtya.
Baca juga: 6 Tips 'Legowo' Saat Jagoanmu Kalah Pemilu |
Selain itu ada juga Suherni Sulaeman, pegiat musik dan film yang jadi pendukung Prabowo Subianto. Ia menyukai sosok Prabowo baru-baru ini karena ia berangkat dari militer. Ia menyukai kepribadian Prabowo yang tegas, gagah, dan terlihat energik. Meski begitu, ia bukanlah orang yang terlalu fanatik.
"Dulu aku sebenarnya adalah orang yang cenderung bungkam bahkan golput soal politik. Tapi rasa-rasanya sekarang harus menentukan sikap, paling tidak pilih yang mendingan. Kondisi politik sekarang memang agak nggak kondusif ya, berbeda dengan 5 tahun lalu. Sekarang ujaran negatif entah makian atau kebencian dari tiap kubu sudah sulit diredam," ujar Suherni.
"Saya sendiri yang mendukung salah satu paslon, sebenarnya bukan enek (dengan keributan di medsos --red) tapi gemes. Soalnya saya tipe orang yang suka kepikiran ya, ujung-ujungnya jadi stres sendiri, tapi karena yang negatif ini menimbulkan hal yang negatif pula, berusahalah untuk tidak terlalu banyak termakan issue, artinya bisa kendalikan diri sendiri," pungkasnya.











































