Perlu diketahui bahwa depresi juga penyakit yang membutuhkan obat dan memerlukan penanganan dari profesional. Namun masih banyaknya stigma di masyarakat membuat pengidapnya tidak mencari pengobatan.
"Depresi lebih sering dilihat sebagai aib daripada penyakit karena berkenaan dengan kesehatan mental, bukan fisik," sebut Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI), dr Eka Viora, SpKJ, saat dijumpai pada Press Conference Lundbeck Regional Symposium, Jakarta Pusat, Sabtu (22/6/2019).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau beli obat flu nggak malu, kenapa berobat saat depresi harus malu?" katanya menambahkan.
Pada kesempatan yang sama, Duta Besar Denmark untuk Indonesia, Rasmus Abildgaard Kristensen menyayangkan bahkan di negara maju seperti Eropa, pengidap depresi pun terbilang sangat besar dan bahkan mengganggu perekonomian negara.
"Gangguan jiwa adalah salah satu penyakit yang mengakibatkan kerugian cukup besar di Denmark," ujar Rasmus.
Ia juga mengingatkan bahwa depresi adalah masalah global. Oleh karenanya peran pemerintah sangat penting khususnya dalam pengobatan.
"Makin dini depresi ditangani, makin sedikit biaya yang dikeluarkan. Selain itu, tingkat kesembuhan juga makin tinggi," pungkasnya.











































