"Ada beberapa butir ekstasi," kata Kasat Narkoba Polres Metro Jakarta Barat AKBP Erick Frendriz saat dihubungi detikcom, Selasa (25/6/2019), dikutip dari detikNews.
"Ada sepaket ganja dan tembakau gorilla," lanjut Erick.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apa itu tembakau gorilla? detikHealth pun menghubungi dr Hari Nugroho peneliti dari Institute of Mental Health Addiction and Neurosience (IMAN) untuk mengetahui mengenai zat tersebut.
Jadi, dr Hari menjelaskan kalau isi tembakau gorilla sebenarnya adalah sintetik dan masuk dalam jenis 'New Psychoactive Substances' atau NPS. Isi dari tembakau gorilla misalnya AB CHMINACA. Namun, seringkali isinya bukan cuma satu jenis ganja sintetik saja melainkan bisa dua atau tiga jenis tambahan.
"Kenapa synthetic cannabinoid lebih kuat efeknya dari pada ganja alami? Karena ganja sintetik ini lebih poten, dia berikatan dengan endocannabinoid alami diotak lebih kuat, sehingga efeknya bisa lebih kuat 10 sampai ratusan kali,"
"Dia akan berikatan khususnya dengan reseptor CB1 di dalam otak. Meskipun ada juga yg punya efek kedua reseptor CB1 dan CB2," lanjutnya.
Reseptor cannabinoid terletak di seluruh tubuh dan bagian dari sistem endocannabinoid, yang terlibat dalam berbagai proses fisiologis termasuk nafsu makan, sensasi nyeri, suasana hati, dan memori. Reseptor CB1 berada di otak, paru-paru, hati dan ginjal. Sementara reseptor CB2 berada dalam sistem kekebalan tubuh dan sel hematopoietik.
"Proses fisiologis cb1 terutama mengatur pengeluaran GABA," tambah dr Hari.
GABA alias gamma-aminobutyric acid sendiri adalah neurotransmiter dan hormon otak yang berfungsi mengurangi rasa grogi. Jika terjadi peningkatan aktivitas GABA pada otak maka akan mengurangi kecemasan dan stres.











































