Penelitian yang dilakukan oleh Harvard Medical School menemukan gangguan pada perut atau gastrointestinal terkait dengan disfungsi psikologis dari kegagalan komunikasi antara usus dan otak. Beberapa orang bahkan menderita masalah pencernaan sampai sindrom iritasi usus besar tetapi tidak ada penyebab yang bisa diidentifikasi.
"Hubungan antara stres lingkungan atau psikologis dan tekanan gastrointestinal adalah hal yang kompleks dan bersifat dua arah. Stres dapat memicu dan memperburuk sakit perut, begitupula sebaliknya," demikian dikutip dari Health Harvard.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun jenis-jenis stres ringan seperti pertengkaran, berbicara di depan umum, atau mengemudi di lalu lintas, dapat memperlambat atau mengganggu proses pencernaan, menyebabkan sakit perut dan gejala-gejala gastrointestinal lainnya.
Dokter holistik Grace Hananta, C.Ht beberapa waktu lalu juga menuturkan terdapat keterkaitan antara kesehatan fisik dan psikologis. Kesehatan harus menyeluruh, jadi bukan soal fisik saja tetapi kondisi psikologis seseorang pun memiliki efek besar bagi kesehatan tubuh secara utuh.
"Karena saya belajar hipnoterapi, saya jadi tahu bahwa sub-conscious mind itu sangat berpengaruh pada kehidupan kita, 95 persen. Jadi kalau kita punya teman yang sakit mag melulu, sakit migrain melulu, ternyata itu bisa jadi penyakit psikosomatis," ujarnya kepada detikHealth beberapa waktu lalu.
(kna/up)











































