Sama-sama Jadi Biang Polusi DKI, Ini Bahaya Polutan Gas Vs Debu

Sama-sama Jadi Biang Polusi DKI, Ini Bahaya Polutan Gas Vs Debu

Widiya Wiyanti - detikHealth
Sabtu, 27 Jul 2019 15:05 WIB
Sama-sama Jadi Biang Polusi DKI, Ini Bahaya Polutan Gas Vs Debu
Polusi udara Jakarta bisa disebabkan karena debu atau gas. (Foto ilustrasi: Pradita Utama)
Jakarta - Menurut pantauan AirVisual, DKI Jakarta pada Sabtu (27/7) pagi masih jadi salah satu kota dengan polusi udara terburuk di dunia. Skor Air Quality Index (AQI) Jakarta mencapai angka 172 yang berarti berpotensi menimbulkan masalah kesehatan.

Mengapa kondisi polusi udara Jakarta makin buruk? Beberapa ahli menyebut salah satunya karena proyek pelebaran trotoar. Disebut ada ancaman polusi dari debu konstruksi dan diperparah oleh gas-gas kimia akibat penumpukan kemacetan kendaraan.

Terkait hal tersebut, peneliti perubahan iklim dan kesehatan lingkungan, Dr Budi Haryanto, SKM, MSPH, MSC, dari Universitas Indonesia menjelaskan ada dua ancaman polusi udara yaitu debu dan gas. Keduanya disebut bisa berdampak buruk menimbulkan berbagai penyakit mulai dari masalah pernapasan, kanker, hingga jantung.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Menurut Budi ancaman debu dalam konteks karena konstruksi pekerjaan trotoar, mungkin tidak lebih berbahaya daripada polusi gas. Debu yang berukuran besar sulit untuk menembus masuk saluran napas.

"Kalau kimia kan itu justru dari bahan bakar kendaraan yang kualitasnya rendah. Misal pakai bahan bakar solar, premium, pertalite itu kan masih rendah kualitasnya (pembakarannya tidak sempurna). Itu menjadi sumber pencemaran yang tinggi," kata Budi kepada h.

"Solar yang mengandung sulfur bisa mengganggu sistem saraf, mengganggu ginjal, bisa gangguan fungsi paru, jantung. Bensin karena ada benzena hidrokarbon bisa menyebabkan gangguan saraf pusat, gangguan paru, jantung. Efeknya jangka panjang. Kalau jangka pendek paling bersin-bersin batuk-batuk," lanjutnya.




(fds/up)
Bugar Meski Dikepung Polusi
42 Konten
Polusi di DKI Jakarta sedang tinggi-tingginya. Niat untuk rajin olahraga jadi harus menghadapi dilema. Seharusnya sehat, malah membebani paru-paru dengan paparan debu dan gas berbahaya di udara. Bagaimana mengatasinya?

Berita Terkait