Studi yang dilakukan oleh Xi Chen, seorang peneliti kesehatan masyarakat, Yale University, menginvestigasi polusi udara di China dengan memonitor lebih dari 25.000 responden untuk melihat apakah ada keterkaitan polusi selain dengan masalah kesehatan. Untuk itu, ia membuat tes sederhana dari pelajaran matematika dan bahasa untuk melihat korelasinya dengan tingkat polusi udara.
Saat melihat hasilnya, dia menemukan bahwa orang-orang yang terpapar polusi udara paling lama mengalami penurunan paling tajam dalam nilai tes kognitif mereka. Penurunan keseluruhan kira-kira setara dengan kehilangan satu tahun masa sekolah!
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Penelitian ini menunjukkan bahwa ada efek sosial tersembunyi dari polusi udara yang sangat besar," kata Chen dikutip dari Wired.
Penelitian mereka, yang diterbitkan dalam Proceedings of the Natural Academy of Sciences, adalah studi pertama yang menghubungkan polusi udara dengan penurunan kognitif. Penelitian serupa yang dilakukan di London menemukan bahwa polusi udara dapat dikaitkan dengan peningkatan hubungan demensia.
Polusi udara bisa saja berisi udara beracun dengan kombinasi partikel yang dilepaskan melalui pembakaran bahan bakar fosil, serbuk sari, ozon, dan gas seperti sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Oksigen bergabung dengan partikel sulfur yang dilepaskan dari asap knalpot di mobil, atau molekul nitrogen dari aerosol membentuk campuran beracun.
Partikel yang paling berbahaya, PM2.5 dilepaskan oleh pembakaran kayu dan pembakaran bahan bakar fosil. Semakin halus partikulat, semakin berbahaya bagi tubuh karena terlalu kecil untuk disaring oleh hidung dan paru-paru.
(kna/up)











































