Saran Ahli Lingkungan untuk Kurangi Dampak Kabut Asap bagi Pernapasan

Saran Ahli Lingkungan untuk Kurangi Dampak Kabut Asap bagi Pernapasan

Michelle Natasya - detikHealth
Kamis, 19 Sep 2019 06:30 WIB
Warga berdoa memohon turun hujan (Foto: Antara Foto)
Jakarta - Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di wilayah Sumatera dan Kalimantan belum teratasi sampai saat ini. Asap masih sangat pekat, bahkan di Pekanbaru jarak pandang hanya tembus 500 meter.

Terdapat beberapa risiko paparan asap kebakaran hutan. Selain berisiko pada kesehatan mata, asap juga dapat membahayakan pernapasan.

Melihat hal ini, peneliti perubahan iklim dan kesehatan lingkungan Dr Budi Haryanto, SKM, MSPH, MSC dari Universitas Indonesia mengatakan bahwa prinsip mengurangi dampak kesehatan pada masyarakat adalah jangan sampai asap tersebut terhirup. Namun, mengingat situasi saat ini, tidak mungkin seseorang tidak terpapar asap sedikitpun.

Untuk itu, Dr Budi memberikan beberapa cara yang bisa menjadi pertimbangan untuk mengurangi dampak asap, sebagai berikut:



1. Evakuasi ke tempat yang tidak terkena asap. Hal ini bisa dengan membuat tempat yang relatif tidak terkena asap. Misalnya: ruang ber AC tanpa ventilasi. Baik juga kalau ditambah dengan kipas angin atau penjernih udara.

2. Kalau terpaksa harus beraktivitas ke luar, gunakan masker standar N95 (standar K3 & CDC). Jangan gunakan masker bedah atau sejenisnya.

3. Kurangi aktivitas yang menjadikan nafas memburu. Seperti olahraga, berlarian, sepedaan, dan lain-lain. Karena semakin nafas memburu, semakin banyak asap terhirup dan masuk dalam paru-paru.




(up/up)
Isi Bantal Penangkal Asap
6 Konten
Kementerian Kesehatan menyarankan dakron basah sebagai penyaring udara di tengah kepungan kabut asap kebakaran hutan. Fungsinya sama seperti air purifier, tetapi jauh lebih murah dan mudah didapat. Sehari-hari, orang mengenalnya sebagai isi bantal.