"Iya (bayi) meninggal di dalam. Itu akibat dari sebagian plasenta yang lepas, solusio. Itu disebabkan preeklamsia yang disebabkan mirror syndrome, itu salah satu penyebab preeklamsia," kata dokter ahli obstetri dan ginekologi dr Gatot Abdurrazak, SpOG, di RSAB Harapan Kita pada detikcom.
Preeklamsia didefinisikan sebagai tekanan darah tinggi dan kelebihan protein dalam urine, setelah 20 minggu kehamilan pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal. Kondisi ini bisa berakibat fatal dan menyebabkan kematian, seperti yang diduga dialami RA Kartini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pengukuran tensi tentunya rutin diperiksa setiap kontrol hamil. Dari hal tersebut kita dapat mengetahui bila ada perubahan tensi," kata dr Erza.
Selain cek tekanan darah, wanita yang berisiko mengalami preeklamsia sebaiknya juga rutin skrining dengan doppler velosimetri. Skrining melalui ultrasonografi atau USG pada arteri uterina ini bisa mendeteksi lebih awal jika terjadi perubahan kondisi akibat tekanan darah pada bayi.
(up/up)











































