Setelah banyak yang menonton film tersebut, netizen ramai-ramai berpendapat soal Joker yang menjadi jahat karena tersakiti. Akhirnya, kalimat 'orang jahat adalah orang baik yang tersakiti' menggema di media sosial.
Terlepas dari gangguan kejiwaan skizofrenia, dokter kesehatan jiwa dari RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) dr Heriani, SpKJ(K) tampaknya setuju soal kalimat tersebut. Ia mengatakan bahwa Joker sebelumnya tersakiti baik fisik maupun psikisnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, Joker sedari kecil tidak mendapatkan dukungan dari orang-orang di sekitarnya. Sementara itu, ia yang tidak diperbolehkan bersedih menjadi orang yang selalu tertawa dalam keadaan apapun. Hingga akhirnya orang-orang menganggapnya aneh dan selalu disingkirkan dari lingkungannya.
dr Heriani juga menambahkan bahwa Joker yang telah memiliki gangguan kejiwaan skizofrenia harus merasakan pedih karena akses obatnya dihentikan oleh pemerintah. Hal-hal yang menyakitkan seperti itu lah yang bisa membuat seseorang menjadi jahat.
"Pada dasarnya si Joker awalnya baik lho. Karena dia ditekan-tekan dan nggak pernah dilatih mengembangkan coping mechanism yang sehat," ungkapnya.
dr Heriani mencontohkan, orang yang berubah menjadi jahat salah satu kemungkinannya karena adanya kerusakan pada otak bagian lobus frontalisnya, yaitu tempat di mana seseorang merencanakan sesuatu.
"Dia jadi jahat dan dia nggak tahu kalau dia itu jahat. Obatnya di-cut terus dia berhalusinasi, berwaham, dia nggak sadar. Orang-orang di sekitarnya jadi dijahatin," pungkasnya.
(wdw/up)











































