Tak Lantas Jadi Orang Jahat, Pengidap Gangguan Jiwa Memang Sering Tersakiti

Tak Lantas Jadi Orang Jahat, Pengidap Gangguan Jiwa Memang Sering Tersakiti

Nabila Ulfa Jayanti - detikHealth
Sabtu, 12 Okt 2019 11:00 WIB
Tak Lantas Jadi Orang Jahat, Pengidap Gangguan Jiwa Memang Sering Tersakiti
Pengidap gangguan jiwa masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat. (Foto: dok. Warner Bross)
Jakarta - Orang-orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Mereka kerap dianggap tak berdaya, sehingga mendapat diskriminasi hingga kekerasan.

Ketua Umum Perhimpunan Jiwa Sehat, Yeni Rosa Damayanti, mengatakan bahwa banyak ODGJ mengalami kekerasan, seperti dilempar batu atau diolok-olok.

"Orang dengan gangguan jiwa itu justru lebih besar kemungkinannya menjadi korban kekerasan daripada pelaku kekerasan. Itu di-bully, masuk rumah sakit dipukuli," ujarnya usai diskusi bersama BPJS Kesehatan, Jumat (11/10/2019).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Penelitian secara teliti belum ada, tapi pernah ada penelitian kecil di RSJ tapi sudah lama. Hampir semua responden pasien rumah sakit yang ditanyakan--penelitiannya dilakukan oleh psikiater di rumah sakit di Indonesia--itu menyatakan mereka pernah mengalami kekerasan," jelasnya.


Perilaku yang ditunjukkan Joker, tokoh film seorang pembunuh dingin yang mengidap penyakit kejiwaan, menurut Yeni tidak bisa dikaitkan begitu saja dengan ODGJ. Mereka yang mengidap gangguan kejiwaan bukanlah seperti stigma yang beredar, yakni orang jahat atau berbahaya. Pun jika tak minum obat, mereka cenderung menyakiti diri sendiri, dan hanya sebagian kecil yang menyakiti orang lain.

Hal ini juga diiyakan oleh Ari, pasien skizofrenia yang juga hadir dalam acara diskusi.

"Kadang-kadang kalau enggak minum obat, ya enggak sampai bunuh orang. Biasa aja. Aku pulang aja. Itu (stigma) sangat menyesatkan pikiran orang-orang terhadap disabilitas mental," katanya.

Penggambaran sosok Joker, pengidap gangguan jiwa yang menjadi penjahat karena kerap tersakiti, dikhawatirkan memicu stigma negatif. Seolah-olah, gangguan jiwa berhubungan dengan risiko jadi penjahat. Seperti yang sudah dijelaskan, ODGJ dalam praktiknya justru lebih sering 'dijahatin' dan itu tidak boleh dibiarkan.






(up/up)
Hari Kesehatan Jiwa Sedunia
16 Konten
Tanggal 10 Oktober diperingati sebagai Hari Kesehatan Jiwa Sedunia. Dibandingkan dengan topik kesehatan lainnya, kesehatan jiwa menghadapi lebih banyak tantangan termasuk stigma negatif pada pengidap gangguan jiwa.

Berita Terkait