"Jadi kami menginginkan ganja jadi bahan baku obat karena BPJS Kesehatan itu merugi terus dan penyebabnya adalah penyakit katastropik dominan diderita oleh masyarakat Indonesia dan pengobatan penyakit itu sintetis yang akhirnya memakan biaya mahal," ucapnya kepada detikcom, Rabu (9/10/2019).
Tercatat hingga kini, pembiayaan terbesar BPJS Kesehatan memang berasal dari biaya pengobatan penyakit katastropik, seperti jantung, gagal ginjal, diabetes, dan kanker. Seperti yang diketahui, ilmuwan di National Institutes of Health (NIH), Amerika Serikat, juga tengah meneliti manfaat ganja medis untuk melawan sel kanker.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kalau (ganja) jadi bahan baku obat kanker atau katastropik akan efektif sekali artinya tidak perlu kemoterapi. Kemo kan mahal sekali biayanya dan itu semua menggunakan teknologi yang mahal.Inang Winarso - Yayasan Sativa Nusantara |
"Kalau jadi bahan baku obat kanker atau katastropik, akan efektif sekali. Artinya tidak perlu kemoterapi. Kemo kan mahal sekali biayanya dan itu semua menggunakan teknologi yang mahal," sambung Inang.
Diwawancarai terpisah, dr Danang Ardiyanto dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) mengatakan penelitian mengenai ganja medis belum dilakukan karena masih ada tumbuhan lain yang lebih minim risiko daripada ganja.
"Kita mempertimbangkan risk-benefit-nya. Risk masih lebih besar daripada benefit-nya," tutup dr Danang.
(kna/up)











































