"Negara tetangga kita sudah lebih dulu (meneliti), kalau memang tidak percaya sama tenaga ilmuwan di Indonesia, panggil saja dari Malaysia, Thailand. Maksudnya kan hubungan antara negara ASEAN kuat. Kita kerjasamanya dari bidang mana aja kok," sebut Inang Winarso, Direktur Yayasan Sativa Nusantara kepada detikcom, Rabu (9/10/2019).
Menurut Inang, selama ini Kementerian Kesehatan selalu mengatakan kendala tidak melakukan penelitian mengenai ganja medis karena mengaku tidak memiliki tenaga ahli yang mumpuni. Alasan itu dianggap tidak masuk akal sebab banyak profesor yang menguasai bidang kefarmasian ada di Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Maksudnya nggak sulit. Saya tidak pernah tahu alasan sesungguhnya hanya memang mereka selalu bilang tidak ada tim peneliti," tambahnya.
Ia berharap ganja segera diteliti sebagai bahan baku obat dan dilakukan tahap lanjutan apabila memang ditemukan adanya manfaat kesehatan.
Pada kesempatan berbeda, dr Danang Ardiyanto dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) menyebut hingga kini penelitian mengenai ganja medis masih belum dilakukan karena masih ada tumbuhan lain yang lebih minim risiko daripada ganja.
"Kita mempertimbangkan risk-benefitnya. Risk masih lebih besar daripada benefitnya," tutup dr Danang.
(kna/up)











































