Salah satu psikiater di Klinik Psikosomatik RS OMNI, dr Andri, SpKJ, FACLP, menjelaskan bahwa jika psikotropika ini bisa didapatkan secara bebas, efeknya bisa menimbulkan berbagai permasalahan.
"Dengan dijual secara bebas, bisa saja orang yang mungkin malas untuk berobat ke dokter jiwa, kemudian mereka mencoba-coba mengobati dirinya sendiri tanpa ada arahan yang benar," jelasnya kepada detikcom, Jumat (15/11/2019).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Contoh obat Benzodiazepines itu. Obat itu punya potensi seperti ketergantungan, dosis yang dibutuhkan bisa meningkat, atau mengalami reaksi putus obat. Ini terjadi jika penggunaan obat itu dihentikan secara tiba-tiba, setelah pemakaian dalam jangka waktu yang lama dan tanpa pengawasan ketat dari dokter," tegasnya.
Menurut dr Andri, tindakan ini bisa saja dilakukan oleh orang yang ingin mengobati dirinya sendiri. Padahal, sebelumnya orang itu belum pernah berkonsultasi ataupun melewati proses terapi dengan dokter yang bertanggung jawab.
Tak hanya itu, dr Andri juga aktif memberikan edukasi terkait penyakit ataupun obat yang digunakan dalam dunia kejiwaan. Ini bertujuan agar tidak ada orang yang berani mencobanya tanpa ada arahan dari ahlinya.
"Ini yang menjadi alasan saya untuk sering memberikan edukasi melalui berbagai sosial media yang saya miliki. Tujuannya apa, ya itu untuk mengingatkan teman-teman agar tidak sembarangan dalam menggunakan obat jenis psikotropika ini. Dan yang paling penting, harus ada arahan atau didampingi oleh dokter yang menanganinya," imbuh dr Andri.
(up/up)











































