Namun, yang menjadi sorotan lebih mendalam dari Penyakit Paru Obstruktif Kronis ini adalah bagi perokok. Karena aktivitas merokok lebih sering dilakukan secara berulang-ulang tidak hanya dalam kurun waktu yang sebentar, bahkan hingga bertahun-tahun.
"Contohnya gini, orang kalau gak pakai sepatu lalu jalan terus, kakinya akan jadi seperti apa? Tebalkan, itu sama halnya seperti iritasi pada PPOK. Maka gak bisa dilihat dari setahun, dua tahun, karena merokok itu akan terus dilakukan hingga bertahun-tahun sampai 10 tahun, 20 tahun, hingga terdeteksi terjangkit PPOK," jelas Prof dr Faisal Yunus, PhD, SpP(K) saat konferensi pers peringatan hari Penyakit Paru Obstruktif Kronis, di kantor Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Jakarta Timur, Selasa (26/11/2019).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak hanya perokok konvensional yang menjadi sorotan, melainkan juga perokok elektronik contohnya vape.
"Kalau rokok konvensional itu karena sudah lama dan sudah dipelajari maupun diteliti, serta sudah terbukti menjadi penyebab PPOK, sedangkan rokok elektronik masih dilakukan penelitian serta dipelajari, namun potensi itu tetap ada," ucap Dr dr Agus Dwi Susanto, SpP(K) menambahkan.
Sama halnya dengan rokok, diketahui vape juga mengandung nikotin serta zat kimia yang dapat membahayakan kesehatan. Jika dilakukan secara berulang-ulang dalam kurun waktu yang lama, maka akan menjadi hal yang wajar vaping bisa menjadi salah satu penyebab PPOK.
(up/up)











































