"Dan menangkis isu-isu yang beredar di masyarakat umum. Rontgen sendiri dilakukan oleh vapers di seluruh Indonesia khususnya di Jatim ingin membuktikan bahwa paru-paru kami bersih walau kita vape selama beberapa tahun kebelakang sampai sekarang," kata Paijo, vaper dari Pentolan Vape Jawa Timur (PVJT).
Oleh pendukungnya, gerakan yang meluas ke berbagai kota di Indonesia ini ingin menyerukan bahwa vape bisa menjadi alternatif yang lebih aman dibanding rokok konvensional. Ini terkait pula dengan rencana Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melarang vape.
"Pertama supaya hak untuk ngevape ini tetap ada, karena ini hak untuk memilih pilihan yang lebih sehat. Kedua menunjukkan ke orang-orang terdekat atau masyarakat awam bahwa dengan vaping itu kami sehat-sehat saja. Range kami vaping itu ada yang dari hitungan bulan sampai paling lama lebih dari lima tahun," kata Andika Widhi, vaper dari komunitas Hexohm Indonesia.
Sementara itu, Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Dr dr Agus Dwi Susanto, SpP(K) menyebut foto rontgen dada sebenarnya tidak membuktikan apapun. Selain karena dampak buruk baru muncul dalam jangka panjang, rontgen dada juga tidak detail mengungkap kondisi kesehatan.
"Kalau mau deteksi dini pada pengguna awal itu tidak hanya bisa dengan foto thoraks. Kita harus periksa lebih detail mulai dari fungsi paru, fungsi jantung, imaging yang lebih canggih seperti CT scan, bahkan pemeriksaan tingkat seluler. Karena perubahan tingkat sel di saluran napas itu pada fase awal tidak bisa dideteksi dengan foto thoraks," terang dr Agus.
Simak Video "Bahaya Vape Vs Rokok"
[Gambas:Video 20detik]
(up/up)