Rupanya, terapi ini memang sangat populer. Beberapa terapis yang ditemui detikcom mengklaim pasiennya berasal dari berbagai kalangan.
Namun, harus diakui juga masih banyak pengobatan alternatif abal-abal sehingga pasien pun menjadi korban. Inilah yang menjadi keprihatinan ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik Indonesia (PERAPI), dr Budiman, SpBP RE(K).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ternyata banyak laporan pasien-pasien, paska pengobatan tradisional tersebut mengalami keluhan. Keluhannya adalah alat vitalnya menjadi gatal, kemudian kaku, memendek, kadang-kadang luka, selain jadi membesar. Nah ini kadang-kadang, pasien tidak bisa lagi melakukan hubungan (intim) yang normal dengan istrinya," kata dr Budiman saat ditemui detikcom, pada Rabu (11/12/2019).
Bila hal itu terjadi, dr Budiman menjelaskan perlunya dilakukan tindakan rekonstruksi pada alat vital yang sudah rusak. Ia sendiri mengaku tidak tahu persis apa yang dikerjakan para terapis dalam melakukan 'permak' ukuran Mr P, namun dampak yang kerap dilaporkan pasien dinilainya mengkhawatirkan.
"Tindakan rekonstruksi yang dilakukan adalah membuang kulit yang sudah kaku dan rusak tersebut. Kemudian menggantinya dengan cangkok kulit, yang diambil dari kulit tempat lain di tubuhnya untuk menggantikan kulit tersebut," tuturnya.
(up/up)











































