Soal Istri Pukuli Suami Stroke, Ini Saran Psikolog Agar Caregiver Tak Stres

Soal Istri Pukuli Suami Stroke, Ini Saran Psikolog Agar Caregiver Tak Stres

Widiya Wiyanti - detikHealth
Kamis, 19 Des 2019 05:56 WIB
Soal Istri Pukuli Suami Stroke, Ini Saran Psikolog Agar Caregiver Tak Stres
Merawat keluarga yang sedang sakit selalu penuh tantangan (Foto: iStock)
Jakarta - Perlakuan istri yang memukuli suami penyandang stroke di Penjaringan, Jakarta Utara dengan menggunakan tongkat bantu jalan atau walker dihujat netizen. Menurut keterangan polisi, korban mengalami trauma akibat perlakuan tersebut.

Namun menurut psikolog anak dan keluarga dari Universitas Indonesia, Anna Surti Ariani, netizen seharusnya tidak menghakimi orang yang merawat orang sakit atau disebut caregiver dengan sekedar mengatakannya kurang bersabar. Bisa jadi ada permasalahan lain yang melatarbelakanginya.

"Bisa jadi memang ada masalah di caregiver itu. Atau selama ini ada masalah dalam hubungan mereka. Contohnya (bukan tuduhan, harus dicari tahu lebih lanjut), kalau selama ini ternyata si caregiver mendapat kekerasan dari pasien, mungkin yg dilakukannya adalah balas dendam. Bukan tentang kesabaran kan issuenya," kata Nina, sapaan akrabnya melalui pesan singkat kepada detikcom, Rabu (18/12/2019).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Maka dari itu, memang sudah seharusnya caregiver tidak merawat orang sakit seorang diri, mereka harus memiliki caregiver lain yang saling membantu merawat orang sakit tersebut. Mereka pun bisa saling bertukar informasi sehingga tidak mengalami stres.



Senada dengan yang dikatakan Nina, psikolog klinis dari Personal Growth Veronica Adesla pun mengatakan bahwa caregiver utama harus didukung oleh caregiver lain. Selain itu, bergabung dalam komunitas caregiver pun dapat mengurangi beban.

"Komunitas penting banget. Dengan komunitas, sesama caregiver bisa saling bercerita, sama-sama merasakan merawat orang sakit. Beda lagi kalau cerita sama orang yang bukan caregiver apalagi tingkat empatinya kurang, malah di-judging (dihakimi)" ungkapnya.

"Sudah capek ngurusin tapi nggak diapresiasi. Ngeluh capek, tapi dibilang 'itu kan tanggung jawab lo'" lanjut Vero.

Penghakiman atau judge dari orang lain dapat memperparah tingkat stres si caregiver. Agar tidak semakin parah, caregiver harus memiliki waktu break atau waktu istirahat di sela merawat orang sakit.

Tanda-tanda caregiver harus rehat sementara jika:

- Kehilangan kesabaran
- Mudah sekali marah
- Mudah tersinggung
- Lebih sensitif
- Merasa mudah lelah
- Merasa tidak memiliki hidupnya sendiri

Punya pengalaman suka-duka merawat keluarga yang sedang sakit kronis? Tuliskan di kolom komentar.




(wdw/up)

Berita Terkait