Meskipun tak ingin dianggap lemah, sebagai korban tentu mengharapkan pertolongan atas gangguan psikis yang dialaminya. Demikian pula laki-laki.
"Itu kan salah satu pertahanannya sebagai budaya nilai-nilai patriarki (laki-laki pemegang kekuasaan)," kata spesialis kejiwaan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dr Gina Anindyajayati, SpKJ, saat ditemui pada Jumat (10/1/2020).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nah tugas kita bersama menjadi bagian dari masyarakat untuk menormalkan, kalau di luar sekarang sudah mulai nih mental health matters for everyone," lanjutnya
dr Gina pun menjelaskan, setiap orang pasti punya masalah dan berhak mendapatkan pertolongan.
"Pesan itu yang kemudian dinormalisasi. Siapapun yang kesusahan boleh untuk minta tolong, terlepas kamu laki-laki, perempuan ataupun transgender, semua orang boleh minta tolong dan semua orang bisa memiliki penolong," pungkasnya.
(up/up)











































