Selain menyesalkan aksi yang dilakukan remaja tersebut, tidak sedikit netizen menyayangkan tindakan yang dilakukan oleh pengunggah video.
Menanggapi hal ini, Anastasia Satriyo, Psikolog Tiga Generasi menjelaskan hal itu terjadi karena budaya Indonesia tidak memiliki kebiasaan menyelesaikan masalah secara terbuka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, pemicu hal tersebut juga dikarenakan orang cenderung mengutamakan kepentingan konten di sosial medianya, demi mendapat keuntungam pribadi.
"Nah di zaman sosmed masih sama nggak terbiasa mengkomunikasikan ketidaksukaan secara terbuka tapi pakai cara pasif-agresif dengan rekam dan share konten, selain itu yang bersangkutan jadi punya konten atau bahan untuk share sesuatu ke dunia maya," pungkasnya.
Pendapat senada juga disampaikan psikolog klinis Anna Surti Ariani. Nina, sapaan akrabnya, menilai perekam seharusnya mengarahkan pelaku untuk melakukan hal yang lebih positif.
"Kalo emang ngerasa ini gak bener, tegur. Ngerecord lalu nyebarin gini malah bakal jadi persekusi dan online bullying," tulis akun @rebor**les*ing.
Nina menyayangkan perilaku yang diambil si perekam untuk merekam dan menyebarkannya di media sosial. Menurutnya, tindakan yang diambil si perekam malah membuat malu.
"Aku gemes aja sama orang-orang yang suka memviralkan sesuatu, tapi sesungguhnya nggak melakukan apapun hanya membuat malu. Sayang banget," imbuhnya.
(up/up)











































