Melihat hal ini, psikolog klinis dari Kasandra & Associate, Kasandra Putranto mengidentifikasi ini sebagai body dysmorphic disorder. Suatu gangguan psikologis yang merasa tubuhnya tidak sempurna.
"Selain dampak marketing, mereka yang bahkan berani melakukan apapun sampai suntik, operasi, atau apapun itu, mereka mengalami gangguan psikologis yang disebut body dysmorphic," jelas Kasandra pada detikcom, Jumat (17/1/2020).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip dari Mayo Clinic, body dysmorphic merupakan gangguan mental yang membuat seseorang berpikir tubuhnya tidak sempurna bahkan dianggap cacat. Nyatanya, kecacatan penampilan itu sama sekali tidak dapat dilihat orang lain.
Saat seseorang mengalami gangguan ini, ia akan sangat fokus pada penampilan tubuhnya. Bahkan bisa berulang kali memeriksa penampilan di cermin. Selain itu, mereka juga tidak segan untuk mengubah penampilan dengan cara operasi, suntik, dan lainnya.
Penderita gangguan ini bisa tertekan hingga berpengaruh pada perilakunya sehari-hari. Meskipun sudah puas dengan hasil perubahan sebelumnya, orang itu akan melakukannya lagi jika kecemasan akan penampilannya muncul kembali.
Untuk mengatasi gangguan kejiwaan ini, disarankan untuk melakukan terapi perilaku kognitif dan juga pengobatan yang sudah ditentukan.
(sao/fds)











































