Organisasi Kesehatan Dunia WHO angkat bicara soal penilaiannya terhadap kemampuan Indonesia mendeteksi virus corona Wuhan 2019-nCoV. Ini terkait dengan tidak adanya kasus hingga saat ini, ketika korban jiwa di seluruh dunia telah tembus angka 1.000.
Faktanya, data terbaru dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan menunjukkan sebanyak 64 uji spesimen yang masuk, 62 di antaranya sudah terkonfirmasi negatif.
Dr Vinod Kumar, yang merupakan salah satu perwakilan WHO baru-baru ikut meninjau laboratorium, tempat menguji spesimen virus corona di Balitbangkes. Bagaimana penilaiannya soal kemampuan untuk mendeteksi novel coronavirus?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi kan hari ini kalian sudah mendengar apa yang dijelaskan Bu Vivi (Kepala Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Dr dr Vivi Setyawaty, M Biomed), dia sudah menjelaskan proses, dan prosedur uji spesimen seperti apa, dan hari ini kita konfirmasi kalau Indonesia sudah bisa mendeteksi novel coronavirus, labnya juga sudah kompeten," jelas Dr Vinod Kumar, Medical Officer di WHO, saat ditemui di Gedung Pelayanan Publik Balitbangkes, Jakarta Pusat, Selasa (11/2/2020).
Namun Dr Vinod mengimbau Indonesia untuk tetap waspada dalam menangani virus corona 2019-nCoV ini. Meski alat deteksi di Indonesia kini sudah mampu mendeteksi langsung novel coronavirus, persoalan mengapa 2019-nCoV belum masuk Indonesia masih menjadi tanda tanya sebagian orang.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan dr Anung Sugihantono, mengatakan kemungkinan virus corona belum masuk Indonesia bisa jadi karena imunitas. Hal ini didukung oleh kabar terkait 78 WNI yang ada di kapal pesiar Jepang Diamond Princess yang dikonfirmasi negatif 2019-nCoV.
"Ini mungkin ya, karena ilmiahnya masih harus dibuktikan. Mungkin memang kita mempunyai kekebalan tertentu pada penyakit tertentu. Imunitas kita berbeda pada penyakit tertentu," katanya.
"Jadi maksud saya mari kita berpikir secara rasional. Ini ada di dalam satu kapal loh. Kalau WNI kita yang ada di Wuhan itu masih satu provinsi luas banget. Tapi di dalam satu kapal, seminggu di situ, sudah ada yang sakit di situ, kalau ngomong (penularan melalui) airbone kira-kira sakit semua gak? Kalau ngomong droplet ini ada yang office boy, ada waitress, mestinya melayani ke kamar (tertular). Masih banyak yang harus kita pelajari, mesti bijak lah," tegasnya.
Sementara itu Guru besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKMUI), Prof dr Ascobat Gani, MPH, DrPH, mengatakan bahwa Indonesia sebenarnya siap dalam menangani wabah virus corona. Namun ia memberi catatan soal surveilans atau pengumpulan data.
"Secara teknologi dan keilmuwan kita mampu. Tapi secara kapasitas barangkali kita perlu lihat ya, apalagi pintu masuknya sangat banyak," kata Prof Ascobat, pada Selasa (11/2/2020).
Menurutnya, kendala yang masih terjadi di Indonesia adalah surveilans atau pengumpulan data kesehatan yang masih kurang memadai. Hal ini disebabkan oleh wilayah Indonesia yang sangat luas.
"SDM-nya harus kita latih dan tidak mudah melatih sekian banyak orang, kemudian uang dan masalah kita banyak, nggak hanya virus corona," pungkasnya.
Simak Video "Video WHO soal Ilmuwan China Temukan Virus Corona Baru Mirip Penyebab Covid-19"
[Gambas:Video 20detik]
(naf/up)











































