Beredar draft RUU Ketahanan Keluarga yang menyebutkan pelaku seks BDSM perlu direhabilitasi. Pelaku seks BDSM ini dikategorikan pada seks kasar. Karena perilaku kasarnya, tak jarang orang sering mengira pelaku BDSM ini sama seperti 'psikopat'. Benarkah begitu?
Menanggapi hal ini, Diana Mayorita, psikolog klinis dari Maragama Consulting menegaskan pelaku seks BDSM tidak sama dengan psikopat.
"Kalau psikopat sih beda ya, kalau menurut saya sih kalau memang benar-benar orang yang dikategorikan BDSM itu nggak, karena misalnya orang yang punya power ini mereka tahu limit dari pasangannya itu seberapa," jelasnya saat dihubungi detikcom, Selasa (18/2/2020)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena kan kaya yang saya bilang rasa sakitnya itu kan ada level-levelnya, misalnya oke dia level mentoknya itu di level tiga, atau nanti kalau sudah kerasa sakit banget kasih tanda teriak atau apa, si pasangannya itu nanti kalau orangnya sudah ngerasain sakit itu dia akan berhenti, kalau psikopat kan beda," lanjutnya.
Menurutnya, seorang psikopat tidak mungkin peduli dengan rasa sakit pasangannya. Psikopat hanya berfokus pada kesenangannya saja, hal ini jelas berbeda dengan pelaku seks BDSM.
"Psikopat itu kalau dia mau minta tolong ya bodo amat asal dia seneng, kalau psikopat itu nggak ada empatinya," katanya.
(naf/up)











































