Seberapa Buruk Gelombang Kedua Corona Saat Negara Mulai Longgarkan Lockdown?

Seberapa Buruk Gelombang Kedua Corona Saat Negara Mulai Longgarkan Lockdown?

Khadijah Nur Azizah - detikHealth
Selasa, 12 Mei 2020 18:30 WIB
Seberapa Buruk Gelombang Kedua Corona Saat Negara Mulai Longgarkan Lockdown?
China jadi salah satu negara yang bersiap hadapi gelombang kedua virus Corona. (Foto: Getty Images/Hu Chengwei)
Jakarta -

Laporan baru dari para pakar kesehatan memperingatkan bahwa hal yang harus dikhawatirkan saat ini adalah seberapa besar dan seberapa buruk gelombang kedua virus Corona COVID-19. Hal ini menyusul negara-negara mulai melonggarkan pembatasannya.

Di antara negara yang terdampak virus Corona, ada yang sudah mencapai jumlah penurunan kasus yang cukup signifikan. Setelah karantina berminggu-minggu, sebagian besar negara akhirnya mulai membuka dan menjalankan aktivitas seperti biasa.

Namun keputusan ini dianggap 'agak kacau' setelah munculnya kembali kasus pada beberapa negara yang berhasil menurunkan kurva infeksi Corona.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ahli kesehatan masyarakat juga memperingatkan bahwa seluruh dunia harus mempersiapkan skenario terburuk dari gelombang kedua virus Corona. Beberapa prediksi menyatakan gelombang kedua mungkin lebih besar daripada yang pertama dengan kemungkinan akan kembali bersamaan dengan musim flu tahunan.

"Akan ada gelombang kedua, tetapi masalahnya akan sejauh mana. Apakah itu gelombang yang kecil atau besar? Masih terlalu dini untuk mengatakan," tutur Olivier Schwartz, kepala unit pencegahan virus dan kekebalan di Institut Pasteur Prancis, dikutip dari Medical Daily.

ADVERTISEMENT

Terlebih, ada negara yang mulai melonggarkan pembatasan meski angka penularan dan penyebaran masih terus meningkat setiap hari.

"Jangan salah, virus ini masih beredar di komunitas kami bahkan mungkin lebih (banyak) daripada minggu-minggu sebelumnya," sebut Linda Ochs, direktur Departemen Kesehatan di Shawnee County, Kansas.

Lebih jauh, jika gelombang kedua kembali selama bulan-bulan musim dingin, maka angkanya pasti akan naik secara signifikan, kecuali sudah benar-benar bersiap untuk skenario terburuk.




(kna/fds)

Berita Terkait