Viral Sayembara 'Misuh' Internasional, Beneran Lomba Mengumpat? Ini Faktanya

Viral Sayembara 'Misuh' Internasional, Beneran Lomba Mengumpat? Ini Faktanya

Pradito Rida Pertana - detikHealth
Jumat, 10 Jul 2020 15:27 WIB
Viral Sayembara Misuh Internasional, Beneran Lomba Mengumpat? Ini Faktanya
Benarkah ada lomba mengumpat alias misuh? (Foto: Getty Images/iStockphoto/skynesher)
Yogyakarta -

Sebuah komunitas bahasa bernama Jawa Sastra mengadakan Sayembara Misuh Internasional 2020. Misuh sendiri adalah bahasa Jawa yang dalam bahasa Indonesia memiliki arti umpatan.

Sayembara yang dimulai tanggal 8 Juli hingga 7 Agustus ini bertujuan mewadahi masyarakat yang ingin melampiaskan kekesalannya terhadap pandemi COVID-19. Kegiatan tersebut juga untuk memberi edukasi hal apa yang patut dan tidak patut diumpat.

Ketua komunitas Jawa Sastra, Yani Srikandi (24) menjelaskan, jika sayembara misuh sudah ada sejak tahun 2018. Dia pun menjelaskan bahwa terdapat alasan khusus kenapa pihaknya menggelar sayembara tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pertama karena kami menyadari bahwasanya misuh itu sebagai bentuk identitas budaya yang dianggap tabu. Kalau kita mengkaji kebudayaan, dalam tanda kutip kebudayaan yang adiluhung saja berarti kan kita belum melebur dengan kebudayaan yang benar-benar ada di dalam masyarakat," katanya saat dihubungi detikcom, Jumat (10/7/2020).

Selain itu, gelaran ini untuk mencari konsep kebudayaan Jawa yang seutuhnya. Di mana misuh adalah hal yang tak terpisahkan dari identitas budaya Jawa.

ADVERTISEMENT

"Kebanyakan kami (anggota Jawa Sastra) mahasiswa sastra Jawa, kami mencoba meliarkan konsep kebudayaan Jawa seutuhnya, ya ingin mencari seutuhnya. Salah satunya ketemu misuh ini juga salah satu wujud dari kebudayaan Jawa itu sendiri, identitas budaya Jawa," ucapnya.

Kendati demikian, kegiatan tersebut bukan untuk mengajak masyarakat melestarikan misuh atau mengumpat. Dia hanya ingin menyadarkan kepada masyarakat bahwa misuh itu sejak lama telah identik dengan segala lapisan masyarakat Jawa.

"Sebenarnya tanpa sadar kami itu ingin mengarahkan, ya kita mengakui bahwa misuh ada. Karwna mau setinggi-tingginya, bahkan di lingkungan Keraton dan lingkungan adiluhung, priyayi pasti ada juga misuh dan itu harus diakui dulu," ucapnya.

"Karena banyak yang menampik dan banyak yang munafik, ya mungkin itu masalah lain lah seperti politik budaya, tapi harus disadari dulu," imbuh Yani.

Untuk sayembara tahun ini, pihaknya mengambil tema pandemi virus Corona. Di mana calon peserta yang mau berpartisipasi hanya diperbolehkan mengumpat virus asal Wuhan, Tiongkok tersebut.

"Tahun ini temanya pandemi, dan untuk mewadahi ekspresi dan pelampiasan orang yang kesal terhadap Corona. Krena daripada lihat emosi teman-teman yang saling menyalahkan di medsos lalu merasa paling benar, kayaknya ini lebih enak, pertama hiburan dan kedua bisa melampiaskan (emosi dengan umpatan)," katanya.

Namun, calon peserta sayembara juga tidak diperkenankan untuk mengumpat secara sara. Semua itu untuk mengedukasi mereka agar tidak asal mengumpat.

"Secara sadar sebenarnya kita ingin mengarahkan misuh itu hanya dilakukan saat ada sesuatu yang pantas untuk diumpat," ucapnya.

Menyoal teknis, Yani telah mempostingnya di akun Instagram @jawasastra. Di mana salah satu persyaratannya adalah harus berusia 18 tahun ke atas dan durasi video yang diupload di Instagram maksimal 3 menit.

"Sebenarnya kalau caranya mudah karena tinggal upload di Instagram, tag akun @jawasastra dan sertakan hastag #misuhipandemi. Terus siapa saja boleh ikut asal misuhnya secara Jawa," katanya.

Yanu menambahkan, sejak dimulainya sayembara tercatat ada sekitar 10 peserta yang telah berpartisipasi. Pihaknya masih membuka sayembara hingga tanggal 7 Agustus.

Halaman 2 dari 2
(up/up)

Berita Terkait