Tes virus Corona COVID-19 harus dilakukan sebagai upaya untuk mencegah penyebaran dan mengatasi pandemi ini. Saat ini, umumnya tes dilakukan dengan usapan atau swab di hidung dan pangkal tenggorokan, serta sampel darah seperti digunakan pada rapid test berbasis antibodi.
Baru-baru ini, para peneliti di Yale School of Public Health mengembangkan satu bentuk tes baru yaitu SalivaDirect. Tes ini disebut sudah mengantongi izin dari Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat.
Berbeda dengan tes COVID-19 lainnya, tes berbasis air liur ini tidak membutuhkan alat usap atau pengumpul tertentu untuk mendapatkan sampelnya. Selain itu, tes ini diklaim lebih murah dari tes-tes COVID-19 yang sudah ada sebelumnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami menyederhanakan tes ini, sehingga hanya membutuhkan beberapa dolar saja untuk reagen. Kami berharap, biaya yang dibutuhkan laboratorium hanya 10 dolar (149.130 rupiah) per sampelnya," kata asisten profesor epidemiologi di Yale, Nathan Grubaugh yang dikutip dari CNN International, Senin (17/8/2020).
Grubaugh mengatakan, jika tes SalivaDirect bisa jadi tes alternatif yang murah, ini dapat diterapkan di seluruh negeri.
"Jika tes SalivaDirect ini bisa diterapkan di seluruh negeri, kami mungkin bisa mengatasi pandemi ini bahkan sebelum vaksin ada," jelasnya.
Para peneliti mengatakan, tes COVID-19 berbasis air liur ini bisa memberikan hasil dalam waktu yang lebih cepat, yaitu kurang dari tiga jam. Tak hanya itu, akurasi hasil tes ini dinilai setara dengan hasil dari tes swab.
Para peneliti mengatakan tes SalivaDirect ini akan segera tersedia untuk umum dalam beberapa minggu mendatang.
Menurut FDA, rencananya Yale akan mempublikasi tempat-tempat yang bisa melakukan tes ini dengan mengikuti protokol dan instruksi dari Yale School of Public Health tersebut.
(sao/up)











































