Perusahaan farmasi di China tengah mengembangkan vaksin virus Corona potensial, yaitu Sinopharm. Vaksin ini pun sudah masuk uji klinis tahap akhir pada manusia dan ditargetkan siap dipakai akhir 2020.
Kandidat vaksin yang ditaksir dengan harga Rp 2,1 juta dua kali suntikan ini dikembangkan oleh Institut Produk Biologi Beijing dan Institut Produk Biologi Wuhan, yang merupakan anak dari perusahaan farmasi milik pemerintah China, yaitu China National Biotech Group (CNBG).
Dikutip dari South China Morning Post, CNBG mengatakan sudah mulai uji klinis tahap akhir pada manusia sejak 23 Juni 2020 lalu di Uni Emirat Arab. Uji coba tersebut dilakukan bekerja sama dengan pemerintah Abu Dhabi dan perusahaan G42 Healthcare yang melibatkan 15.000 peserta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apa itu vaksin Sinopharm?
Vaksin Sinopharm ini memanfaatkan virus Corona yang sudah dilemahkan atau sering disebut dengan inactivated vaccine. Kandidat vaksin ini diklaim menjadi yang pertama di dunia yang menunjukkan imunogenisitas dan keamanan yang sangat bagus.
Ketua China National Pharmaceutical Group (Sinopharm), Liu Jingzhen, mengatakan kandidat vaksin ini telah melewati uji klinis fase I dan fase II pada 12 April 2020 lalu. Berdasarkan dua fase uji klinis yang dilakukan, vaksin ini tidak menunjukkan adanya dampak yang buruk pada manusia.
Bahkan Liu mengatakan dirinya telah menerima suntikan vaksin tersebut saat uji coba pada 30 Maret 2020. Ia mengungkapkan bahwa vaksin itu belum menunjukkan adanya efek samping.
"Efeknya ideal dan belum ada yang mengalami efek samping yang parah," katanya.
Dalam makalah yang diterbitkan pada Kamis lalu, di Journal of American Medical Association (JAMA) oleh para ilmuwan bagian dari Sinopharm, tidak mencatat efek samping yang serius dari vaksin tersebut.
(sao/naf)











































