Satgas COVID-19 Awasi Mutasi Corona D614G: Belum Tentu Lebih Berbahaya

Satgas COVID-19 Awasi Mutasi Corona D614G: Belum Tentu Lebih Berbahaya

Firdaus Anwar - detikHealth
Selasa, 01 Sep 2020 17:14 WIB
Satgas COVID-19 Awasi Mutasi Corona D614G: Belum Tentu Lebih Berbahaya
Satgas COVID-19 terus awasi perkembangan mutasi Corona D614G. (Foto: NIAID)
Jakarta -

Satgas Penanganan COVID-19 terus mengawasi perkembangan mutasi virus Corona COVID-19. Mutasi D614G yang membuat heboh belakangan ini disebut belum tentu membuat virus jadi lebih berbahaya dari segi tingkat penularan dan keparahan penyakit.

Juru Bicara Satgas COVID-19, Wiku Adisasmito, mengatakan perlu studi lebih lanjut untuk memastikan klaim awal yang menyebut Corona dengan mutasi D614G lebih mudah menular hingga 10 kali lipat. Sementara dari tingkat keparahan, beberapa studi melihat tidak ada perbedaan berarti tingkat rawat inap pasien yang terinfeksi Corona jenis ini.

"Satgas memonitor kondisi adanya laporan ditemukannya virus yang bermutasi yaitu D614G yang ada di Indonesia. Kami melihat dengan deteksi RNA SARS-COV-2 ini biasanya lebih tinggi di mulut dan hidung. Sebenarnya belum tentu cerminan dari potensi penularan," kata Wiku dalam konferensi pers yang disiarkan kanal Youtube Sekretariat Presiden, Selasa (1/9/2020).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Memang menginfeksi tapi potensi penularannya belum bisa disimpulkan saat ini," lanjutnya.

Wiku menjelaskan mutasi Corona D614G belum bisa dianggap sebagai hal penting yang harus diperhatikan dari pasien bila dibandingkan faktor lain, seperti usia dan penyakit penyerta.

ADVERTISEMENT

Ia menyebut pihaknya dan lembaga penelitian di Indonesia tetap akan terus mengawasi bila ada mutasi yang bisa berdampak besar.

"Perlu kami pastikan bahwa proses penelitian dan investigasi tentang virus ini tentunya dilakukan lembaga penelitian dan Kementerian Kesehatan," pungkas Wiku.




(fds/up)
Mutasi Corona D614G
24 Konten
Malaysia melaporkan mutasi virus Corona COVID-19 yang dinamakan D614G. Disebut-sebut 10 kali lebih menular, tapi diklaim lebih tidak mematikan. Mutasi ini ditemukan juga di beberapa negara lain termasuk Singapura.

Berita Terkait