Berdampak Fatal, Siapa Saja yang Harus Cek Risiko Happy Hypoxia?

Gejala happy hypoxia pada pasien COVID-19 menjadi ramai dibahas karena bisa berisiko fatal. Pasien COVID-19 yang mengidap gejala ini kekurangan kadar oksigen secara tidak sadar tanpa merasakan gejala sesak napas.
Lalu adakah pencegahan yang bisa dilakukan agar tidak terkena happy hypoxia? Kapan pasien seharusnya melakukan pemeriksaan agar tidak berisiko fatal?
dr Erlang Samoedro SpP(K), Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Paru Indonesia (PDPI) menjelaskan seseorang yang menunjukkan gejala virus Corona COVID-19 yang perlu diperiksa lebih lanjut. Hal ini agar tidak berisiko fatal dan meminimalisir setiap risiko.
"Yang punya gejala (virus Corona COVID-19) misal demam, batuk, pilek," bebernya saat dihubungi detikcom Senin (7/9/2020).
![]() |
Senada dengan dr Erlang, dokter paru dari Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, dr Adria Rusli, SpP(K), menjelaskan seseorang bisa melakukan deteksi awal saat dipastikan mengidap COVID-19. Pasalnya, tidak ada langkah pencegahan spesifik yang disebut bisa menghindari gejala happy hypoxia ini.
"Tidak, tidak bisa dicegah. Pencegahannya adalah jangan sampai terinfeksi COVID-19," jelas dr Adria saat diwawancara terpisah.
Sementara itu, pulse oximeter bisa digunakan bagi seseorang yang ingin mendeteksi awal kemungkinan terkena gejala happy hypoxia. Hal ini dikarenakan pemakaian pulse oximeter cukup mudah.
"Boleh saja kalau mau. Cuma tinggal tempel ke jari akan keluar hasilnya, bisa juga datang ke layanan kesehatan dan akan diperiksa. Hampir semua layanan ada," kata dr Erlang.
Simak Video "'Happy Hypoxia' Bisa Dideteksi Mandiri Pakai Pulse Oximetry, tapi..."
[Gambas:Video 20detik]
(naf/up)