Selain tenaga kesehatan, para petugas pemakaman di Indonesia saat ini juga terus berjuang karena korban virus Corona COVID-19 terus berjatuhan. Mereka bekerja dari pagi hingga malam ditengah cuaca terik menggali makam sambil memakai alat pelindung diri (APD).
"Dalam sehari ini, biasanya yang dikubur 20-an. Rata-rata 24 atau 25 paling banyak. Yang paling banyak itu semalam (Minggu, 6 September) ada total 38 jenazah yang kita kubur sampai pukul pukul 23.00 WIB," kata seorang penggali kubur di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pondok Ranggon beberapa waktu lalu.
TPU Pondok Ranggon adalah lokasi yang ditunjuk Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menyemayamkan jenazah pasien positif atau probable Corona. Lahan dengan luas sekitar 59 hektare yang sudah disediakan khusus kini sudah hampir penuh terisi, tinggal menyisakan 1.100 lubang liang lahad.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu petugas pengubur, Sanun (44), bercerita para petugas sudah kewalahan. Mereka setiap hari berjuang di bawah terik matahari, sebagian bahkan tidak kembali pulang bertemu keluarga karena takut menularkan penyakit.
Belum lagi tantangan konflik yang kerap terjadi dengan keluarga ahli waris. Banyak pihak keluarga yang mengabaikan protokol dan ketika ditegur malah melampiaskan kekesalannya pada petugas.
Misalnya, mobil diparkirkan dengan rapi, ahli waris tak boleh turun dari mobil atau motor, dan dilarang mendekat ke liang lahad. Namun para ahli waris jenazah banyak yang bandel dan nekat.
"Kalau boleh jujur mah, saya sudah capek, Mas. Mau minta pindah saja nggak dipindahin, karena yang lain belum tentu mau, apalagi posisinya di protap COVID-19," keluh petugas lainnya.
Kisah bagaimana penggali kubur menghadapi jenazah COVID-19 selengkapnya bisa dibaca di sini: Jerit Pengubur Jenazah Corona
(fds/fds)











































