5 Kerumunan Heboh Saat Pandemi, McD Sarinah hingga Hajatan Habib Rizieq

5 Kerumunan Heboh Saat Pandemi, McD Sarinah hingga Hajatan Habib Rizieq

Achmad Reyhan Dwianto - detikHealth
Minggu, 15 Nov 2020 18:34 WIB
5 Kerumunan Heboh Saat Pandemi, McD Sarinah hingga Hajatan Habib Rizieq
Kerumunan massa di Petamburan, Jakarta Pusat. (Foto: Ari Saputra)
Jakarta -

Pandemi virus Corona COVID-19 masih berlangsung di Indonesia. Penambahan kasus pun masih terus terjadi setiap harinya.

Namun, belakangan ini begitu banyak sejumlah aktivitas maupun kejadian yang menimbulkan kerumunan dan mengehebohkan masyarakat. Misalnya, kerumunan di gerai McDonald's Sarinah pada Mei lalu, demo omnibus law, dan yang baru-baru ini kerumunan di acara maulid Nabi Muhammad SAW di kediaman Habib Rizieq Syihab.

Jika terus terjadi, dikhawatirkan kerumunan dapat menimbulkan lonjakan kasus COVID-19 di Indonesia. Pasalnya, protokol kesehatan akan cenderung lebih sulit dijaga saat di dalam kerumunan, sehingga risiko penularan virus Corona akan semakin besar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dirangkum detikcom, berikut 5 kejadian kerumunan yang menghebohkan selama pandemi COVID-19 di Indonesia.

1. McD Sarinah - Mei 2020

Pada 10 Mei lalu, kerumunan warga saat acara penutupan gerai McDonald's Sarinah menjadi sorotan. Pasalnya, kerumunan itu terjadi di tengah pandemi COVID-19 dan membuat masyarakat geram.

ADVERTISEMENT

Menurut Kepala Satpol PP DKI Jakarta Arifin, kerumunan itu terjadi saat pihak McD membuat sebuah acara penutupan di luar gedung Sarinah tersebut. Hal ini justru menarik perhatian banyak warga yang sedang melintas dan membuat mereka ikut berkumpul di lokasi.

"Jadi mereka bikin satu acara di luar itu untuk memperingati penutupan McD di Sarinah. Nah itu menimbulkan perhatian orang yang berlalu lalang di jalan, sehingga orang ikut berkerumun, ikut berkumpul di situ, sehingga menimbulkan keramaian di depan Sarinah," ujar Arifin.

Sejumlah aparat keamanan seperti TNI, Polri, dan Babinsa pun ikut turun dalam membubarkan kerumunan warga di depan gerai McDonald's Sarinah.

"Ketika orang sudah mulai ramai di satu acara, kegiatan itu. Satpol PP mendapatkan informasi, kemudian melakukan peninjauan ke lokasi bersama dengan unsur 3 pilar. Ada TNI, Polri ada Babinsa dari Menteng, Satpol PP juga yang hadir di sana," jelas Arifin.

2. Horor akhir pekan di GBK - Juni 2020

Tepat pada Juli lalu sejumlah aktivitas olahraga di ruang publik, seperti di Gelora Bung Karno dan Car Free Day (CFD) di DKI Jakarta kembali boleh dilaksanakan. Pelonggaran kebijakan ini pun menarik perhatian banyak orang untuk berolahraga di akhir pekan.

Namun, tingginya antusias warga justru menimbulkan kerumunan yang sangat besar, baik di GBK maupun CFD. Misalnya, antrean padat warga yang ingin masuk ke dalam GBK pada Minggu (14/6/2020).

"Kita tetap arahkan harus social distancing, tetapi pengunjung tau sendiri pada ngeyel, galakan dia. Serba salah posisi kita, diarahin tetap gitu-gitu aja, karena keterbatasan petugas juga," kata Shafry petugas pintu masuk 5 GBK saat itu.

Bahkan pada pelaksanaan CFD 21 Juni 2020, masyarakat yang berolahraga membludak, sehingga protokol kesehatan seperti menjaga jarak tidak berjalan dengan baik.

Dikhawatirkan menjadi tempat penularan COVID-19, aktivitas CFD di kawasan Sudirman-Thamrin, Jakarta, kembali ditiadakan.

"HBKB/CFD di kawasan Sudirman-Thamrin tanggal 28 Juni 2020 ditiadakan sementara sampai waktu yang akan ditentukan kembali," tulis informasi yang diterima detikcom beberapa waktu lalu.

3. Demo omnibus law - Oktober 2020

Kisruh demo omnibus law di sejumlah daerah di Indonesia pada Oktober lalu dikhawatirkan dapat memicu lonjakan kasus COVID-19. Pasalnya, selama demo umumnya orang-orang akan sulit untuk memperhatikan protokol kesehatan, sehingga risiko penularan COVID-19 akan semakin besar.

Terlebih demo ini tidak berlangsung hanya sehari, namun terjadi berulang beberapa kali. Ketua Satgas COVID-19 Doni Monardo menegaskan saat kondisi pandemi Corona seharusnya masyarakat bisa mematuhi protokol kesehatan dengan baik dan tidak membuat kerumunan.

"Kalau kegiatan yang sifatnya mengumpulkan massa apalagi dalam jumlah sangat banyak itu tentunya menimbulkan risiko yang sangat besar karena bisa saja di antara masyarakat yang berkumpul itu ada yang positif COVID-19 dan bisa jadi ketika nanti terjadi hubungan yang sangat dekat akibatnya yang lain bisa terpapar COVID-19," ucapnya.

4. Kepulangan Habib Rizieq

Kepulangan Habib Rizieq Syihab dari Arab Saudi pada 10 November, membuat para pendukungnya berbondong-bondong datang ke Bandara Soekarno-Hatta untuk menjemput Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) tersebut.

Mereka datang dari berbagai daerah dan menimbulkan kerumunan dengan jumlah yang besar. Hal ini pun membuat masyarakat menjadi geram. Pasalnya, selain tidak mematuhi protokol kesehatan dengan benar, para pendukung Habib Rizieq ini juga telah menimbulkan kemacetan di sekitar Bandara Soekarno-Hatta.

Juru bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito pun menyayangkan kejadian ini. Pasalnya, aksi tersebut dikhawatirkan bisa menjadi tempat penularan virus Corona.

"Kelalaian ataupun ketidakpedulian terhadap kondisi ini, serta terhadap protokol kesehatan dapat membahayakan nyawa manusia. Tidak hanya diri kita, namun keluarga di rumah dan juga orang yang berada di sekitar kita," tegas Prof Wiku.

5. Pernikahan anak Habib Rizieq dan Maulid Nabi

Sabtu (14/11/2020) malam, FPI menggelar acara maulid Nabi Muhammad SAW di Jalan Petamburan III, Jakarta Pusat. Dalam malam yang sama, Habib Rizieq sekalian menggelar acara akad nikah putri keempatnya, Syafirah Najwa Syihab.

Semakin malam, massa yang datang dalam acara tersebut pun semakin banyak. Sayangnya, banyak di antara mereka yang tampak tak menjalankan protokol kesehatan dengan baik.

Banyak yang mengenakan masker, namun ada juga massa yang menggunakan masker hanya di dagu. Kerumunan massa ini pun melebar hingga ke Jalan KS Tubun, Petamburan.

Akibat kerumunan ini, Satpol PP DKI Jakarta pun menjatuhkan sanksi berupa denda administratif sebesar 50 juta rupiah kepada Habib Rizieq. Sanksi denda administratif ini tertuang dalam surat Satpol PP DKI Jakarta yang ditujukan langsung kepada Imam Besar FPI tersebut.

Namun, Epidemiolog dari Universitas Indonesia (UI) Iwan Ariawan menilai sanksi denda tersebut tidaklah cukup. Ia menyarankan, apabila acara yang digelar oleh Habib Rizieq kembali menimbulkan kerumunan dengan jumlah besar, maka seharusnya langsung dibubarkan.

"Tidak cukup (disanksi denda). Untuk selanjutnya perlu dicegah terjadi kerumunan, seperti tidak memberikan izin berkumpul, dan dibubarkan jika mulai ada kerumunan orang," kata Iwan kepada wartawan, Minggu (15/11/2020).

Halaman 2 dari 3
(up/up)

Berita Terkait